Masyarakat Tirtomulyo Bantul rintis kampung gurami

id kampung gurami

Masyarakat Tirtomulyo Bantul rintis kampung gurami

Kampung gurami di Kergan, Tirtomulyo, Bantul (Foto Antara/Hery Sidik)

Bantul (Antara Jogja) - Masyarakat pedukuhan Kergan, Desa Tirtomulyo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merintis kampung gurami untuk meningkatkan perekonomian warga setempat melalui budi daya ikan tersebut.

"Awalnya pada 2008 masih enam orang (kepala keluarga), namun saat ini sudah ada sebanyak 70 persen dari sekitar 150 KK di Kergan yang mengembangkan kolam-kolam untuk budi daya ikan terutama gurami," kata salah satu perintis "Kampung Gurami" di Kergan, Bantul Sunarto, Sabtu.

Menurut dia, masyarakat Kergan yang mengatasnamakan kelompok "Minomulyo" tersebut saat ini telah mengembangkan kolam perikanan sebanyak 272 kolam di sekitar rumah tinggal atau lahan pekarangan milik masing-masing warga setempat.

"Untuk bisa berkembang sampai seperti sekarang ini memang butuh waktu, yang mulai dari melihat kolam tetangga terlebih dulu, dan setelah terlihat hasilnya kemudian tertarik mengembangkan kolam di lahan sendiri," katanya.

Ia mengatakan, dari sebanyak 272 kolam di Kergan ini tidak seluruhnya merupakan kolam gurami, namun ada sebagian kolam lele, hanya saja kelompok fokus pada pengembangan gurami untuk memenuhi permintaan pasar maupun tempat kuliner.

Menurut dia, sekali panen yang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan setiap kolam dengan tebaran sekitar 400 bibit gurami dapat menghasilkan sekitar tiga kuintal ikan yang dijual dengan harga ke pengepul sebesar Rp26 ribu per kilogram.

"Yang menjadi keunggulan di sini adalah kebersamaan dalam menjual panenan, misalnya warga wilayah ini dapat berapa, kemudian wilayah lain berapa itu digabung untuk dijual secara bersama dan keuntungan dibagi," katanya.

Bahkan, kata dia sampai saat ini `kampung gurami` yang dimotivatori dirinya ini sering mendapat pesanan untuk memenuhi permintaan gurami dari warung kuliner ikan, serta jejaring di wilayah Kulon Progo (DIY) bahkan hingga jejaring dari Jakarta.

"Pernah kami diminta setiap seminggu agar menyediakan sekitar satu ton, namun kami belum bisa mencukupinya, karena paling bagus sekitar dua sampai tiga ton gurami, itu pun sudah maksimal dan panen sudah diatur agar tidak bersamaan," katanya.

Oleh sebab itu kata dia kelompok juga akan terus berupaya meningkatkan produksi gurami, dengan mengoptimalkan lahan yang ada, termasuk menerapkan teknologi budi daya perikanan yang diperoleh dari pakar atau akademisi.

"Kelompok juga sering mengadakan kumpulan untuk berbagi pengalaman dan kendala yang dihadapi dalam budi daya gurami ini untuk dicarikan solusi bersama, kami juga pernah mendapatkan pendampingan dari Universitas Gadjah Mada," katanya.

(KR-HRI)