Jogja (Antara Jogja) - Para mahasiswa di Indonesia diharapkan lebih tertarik dengan dunia pertanian, karena Indonesia merupakan negara agraris, kata dosen dari Harper Adams University Shropshire, Inggris, Tom Pope.
"Indonesia sebagai negara agraris mempunyai tanah yang subur. Kondisi itu tentu sangat berbeda dengan Inggris yang bukan negara agraris," katanya di Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu.
Untuk itu, kata dia, para mahasiswa Indonesia harus bisa lebih mengembangkan metode penelitian yang baru. Misalnya, mengubah dari segi kultur dalam teknik penanaman.
Menurut dia, Indonesia sering disebut negara agraris, tentu hal ini didukung oleh struktur tanah yang terhitung subur oleh berbagai macam tanaman.
Bahkan, sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani, namun perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini belum menyebar luas pada metode pertanian di Indonesia.
"Kondisi itu menyebabkan masih banyak petani Indonesia yang menggunakan metode tradisional dalam bertani," katanya.
Ia mengatakan berbicara tentang masalah pertanian tentu sudah tidak asing lagi dengan permasalahan hama yang terus menerus menurunkan produktivitas tanaman bagi petani di Indonesia.
"Biasanya untuk menghindari hama, masyarakat terbiasa menggunakan pestisida. Kebiasaan ini harus dikurangi karena justru dapat memperparah produktivitas tanaman berikutnya," katanya.
Menurut dia, penggunaan pestisida itu dapat mengganggu kontrol secara alamiah dan kerusakan mungkin bisa menjadi tidak proporsional. Artinya, pestisida bukan menghambat hama, justru menambah populasi hama.
"Selain berpengaruh dengan populasi hama, tentu juga dapat menurunkan kualitas tanaman, karena dapat mengurangi kualitas gizi dalam tanaman tersebut," katanya.
Untuk itu, kata dia, para petani perlu diberi edukasi melalui penyuluhan. Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting. "Hal yang perlu dijelaskan kepada mereka adalah menanam bukan hanya memikirkan hasil tetapi juga memikirkan bagaimana dalam menanam kita tidak merusak lingkungan," katanya.
(B015)
