Sleman (Antara Jogja) - Masyarakat di Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhasil mengembangkan budi daya ikan air tawar di lahan sawah pertanian padi atau mina padi.
Panen perdana budidaya mina padi di Dusun Kandangan, Desa Margodadi, Seyegan, Sleman dilakukan oleh Perwakilan FAO Indonesia Mark Smulder, Dirjen Perikanan Budi Daya, Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto, Kepala Badan Ketahanan Pangan Garjito Budi, Rabu.
Menurut konsultan mina padi Dr Fajar Basuki dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang, keuntungan total bersih mina padi mencapai Rp2,4 juta per 1.000 meter persegi atau Rp24 juta per hektare.
"Sementara kalau padi saja hanya Rp1 juta per 1.000 meter persegi atau Rp10 juta per hektare," katanya.
Ia mengatakan, kelebihan mina padi tidak perlu "matun" atau penyiangan gulma, serangan hama dan penyakit berkurang.
"Ini karena telur hama sebelum menetas sudah dimakan ikan, sehingga tidak sempat berkembang," katanya.
Menurut dia, hama tikus juga tidak masuk ke lahan padi karena ada genangan air.
"Kemudian mina padi juga tidak mengurangi jumlah rumpun padi, produk padi bisa mencapai delapan ton per hektare, sedangkan kalau padi saja kurang dari enam ton per hektare," katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan kehutanan Kabupaten Sleman Widi Sutikno mengatakan pihaknya mengembangkan dua dusun di Kecamatan Seyegan sebagai sentra mina padi.
"Metode mina padi ini dikembangkan di Dusun Kandangan, Desa Margodadi dan Desa Cibluk Kidul, Desa Margoluwih. Saat ini sudah ada sekitar 25 hektare sawah yang dikelola sebagai mina padi," katanya.
Ia mengatakan, dalam metode ini petani dianjurkan menggunakan padi varietas Ciherang dan ikan yang dibudidayakan jenis ikan nila.
"Ada kemungkinan ke depan ikan yang dibudidayakan jenis lainnya, seperti gurami," katanya.
Widi mengatakan, dalam mengembangkan metode mina padi tersebut pihaknya bekerja sama dengan badan dunia FAO dan masyarakat.
"Anggaran untuk `pilot project` mina padi ini berasal dari APBD Sleman senilai Rp1,3 miliar dan bantuan melalui FAO senilai RP975 juta lebih serta dana swadaya masyarakat Rp345 juta," katanya.
Sedangkan perwakilan dari FAO Indonesia Mark Smulder yang dalam kesempatan tersebut mengajak perwakilan dari 15 negara menyatakan bahwa metode mina padi yang dikembangkan di Seyegan Sleman ini sangat "excellent".
"Ini dapat menjadi percontohan budi daya mina padi di daerah-daerah dan negara lainnya," katanya.