Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan pemerintah mengalokasikan anggaran Rp10 triliun untuk mendorong penerapan pertanian modern berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) guna meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kemandirian pangan nasional.
Amran saat ditemui di sela-sela mengunjungi Balai Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Serpong di Tengerang, Banten, Senin, mengatakan alokasi anggaran tersebut untuk pengembangan teknologi pertanian, termasuk robotik, sensor tanah, serta sistem berbasis data guna mendukung keberlanjutan sektor pangan nasional.
"Pemerintah, kita anggarkan sampai kurang lebih Rp10 triliun. Teknologi semua kita gunakan. Jadi ada drone kita pakai, kemudian sensor untuk mengetahui kondisi unsur hara tanah, dan seterusnya," kata Amran.
Menurut dia, penerapan teknologi berbasis kecerdasan buatan menjadi kunci utama dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor pertanian nasional guna mewujudkan swasembada pangan.
"Dengan teknologi itu produktivitas naik, indeks pertanaman naik, kemudian biaya produksi turun. Karena menggunakan artificial intelligence. Menggunakan robotik dan seterusnya. Dan itu benar," ujar dia.
Menurut dia, langkah itu sejalan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) 2025 yang berlangsung di Korea Selatan.
Dalam KTT APEC, kata Amran, Presiden menyampaikan bahwa Indonesia mampu mencapai swasembada pangan karena memanfaatkan teknologi modern, termasuk artificial intelligence dalam setiap tahapan produksi.

Menurut Amran, Kementerian Pertanian kini gencar melakukan transformasi dari sistem pertanian tradisional menuju pertanian modern melalui penerapan drone, sensor tanah, hingga konsep precision agriculture dan smart farming.
Dengan teknologi tersebut, petani dapat melakukan proses penanaman, pemupukan, hingga pemantauan lahan secara otomatis menggunakan drone dan sensor yang mampu membaca kebutuhan unsur hara di tanah.
Ia mengatakan efisiensi yang dihasilkan sangat signifikan, di mana dahulu satu hektare sawah memerlukan 25 pekerja, kini 25 hektare bisa ditanam hanya dalam satu hari dengan bantuan drone pertanian.
"Contoh, kalau tanam dulu itu (untuk menanam) 1 hektare menggunakan 25 orang. Atau 1 hektare 1 orang tanam 25 hari. Sekarang 25 hektare 1 hari dengan menggunakan drone. Bisa bayangkan efisien, efektif penggunaan anggaran. Jadi dulu 25 hari 1 hektare, sekarang 1 hari 25 hektare," ujar Amran.
Transformasi itu tidak hanya menekan biaya produksi, tetapi juga meningkatkan indeks pertanaman serta hasil panen nasional yang berujung pada penguatan ketahanan pangan Indonesia di masa depan.
Amran mengaku optimistis pemanfaatan teknologi AI secara masif akan menjadikan pertanian Indonesia semakin efisien, kompetitif, dan siap menjawab tantangan global dalam mewujudkan kemandirian pangan berkelanjutan.
"Kita gunakan semua teknologi. Dan ke depan kami yakin biaya produksi turun," katanya, menegaskan.
Presiden RI Prabowo Subianto mengatakan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi tinggi menjadi kunci bagi Indonesia dalam mempercepat pengentasan kemiskinan, serta mencapai swasembada pangan.
Hal itu Presiden Prabowo sampaikan dalam APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM) sesi ke-2 di Hwabaek International Convention Centre (HICO), Gyeongju, Korea Selatan, Sabtu (1/11).
"Seperti yang kita ketahui, kita sedang memasuki era baru yang ditandai oleh kemajuan teknologi tinggi, khususnya kecerdasan buatan (AI). Kita juga memahami bahwa kita harus menghadapi tantangan yang dibawa oleh perubahan demografi," kata Prabowo.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan produksi padi nasional tahun 2025 diprediksi mencapai 34,77 juta ton, meningkat 4,15 juta ton atau sekitar 13,59 persen dibanding tahun sebelumnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mentan: Rp10 triliun dianggarkan dorong pertanian modern berbasis AI
