BMKG Yogyakarta rutin periksa fungsi pendeteksi tsunami

id tsunami

BMKG Yogyakarta rutin periksa fungsi pendeteksi tsunami

ilustrasi (blog.joins.com)

Sleman (Antara Jogja) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta secara rutin memeriksa dan mengontrol fungsi dari alat pendeteksi Tsunami yang berpotensi terjadi di laut selatan Jawa.

"Bencana Tsunami dari dampak skender gempa bumi, sangat berpotensi terjadi di Yogyakarta. Karena letak geografisnya, di selatan laut Jawa terdapat lempengan Hindia Australia dan lempeng Eurasia," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta I Nyoman Sukanta, Selasa.

Menurut dia, saat gempa terjadi akibat pergeseran dua lempengan tersebut, bisa dimungkinkan meningmbulkan bencana Tsunami di laut selatan Jawa.

"Sebagai salah satu kesiapsiagaan bencana Tsunami, kami secara rutin memeriksa alat-alat pendeteksi.? Bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. Kami meningkatkan kesiapsiagaan pemeriksaan alat peringatan dini, setiap hari," katanya.

Ia mengatakan, ketika ada yang mengalami kerusakan dari perangkat pendeteksi Tsunami tersebut, maka tidak bisa ditunda dan langsung diperbaiki.

"Sensor peringatan dini tersebar di beberapa titik, khususnya wilayah Kabupaten Bantul. Dari alat tersebut, ketika terjadi gempa yang berpotensi Tsunami bisa langsung memberikan sinyal," katanya.

Sukanta mengatakan, Sinyal pendeteksi tsunami itu kemudian menjadi pertimbangannya untuk memperingatkan masyarakat. Dalam durasi sekitar lima menit.

"Kami membutuhkan waktu lima menit untuk memastikan apakah itu gempa berpotensi tsunami atau tidak," katanya.

Ia mengatakan, perkiraan datangnya gelombang laut akibat Tsunami ke daratan, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Jadi masih ada 20 menit lebih untuk masyarakat melakukan evakuasi.?

"Jarak sumber gempa di laut selatan, sekitar 200 kilometer. Dari pusat gempa, gelombang laut yang tinggi bisa membutuhkan waktu 30 menit," katanya.

Kemajuan teknologi yang semakin tinggi ini, kata dia, setidaknya bisa mengurangi risiko terjadinya bencana. Meski pada dasarnya juga belum ada ilmu yang bisa memprediksi kapan akan ada gempa besar.?

"Selain teknologi, faktor masyarakat juga sudah baik sekarang. Jika dibandingkan sebelum 2006 lalu, mereka lebih siap dalam menghadapi bencana. Dari sisi psikologis yang tidak mudah mengalami kepanikan. Serta konsep rumahnya, yang mulai banyak yang menggunakan konstruksi tahan gempa," katanya.
V001
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024