BPBD DIY petakan zona rawan bencana baru

id bpbd

BPBD DIY petakan zona rawan bencana baru

Ilustrasi--BPBD (antaranews)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta bekerja sama dengan instansi terkait akan melakukan pemetaan zona rawan bencana baru yang muncul pascasiklon tropis Cempaka yang melanda daerah itu.

"Pemetaan zona baru harus kami lakukan. Setelah ada hujan ekstrem yang menggerus lapisan tanah di kawasan rawan bencana," kata Koordinator Operasional Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Endro Sambodo di Yogyakarta, Rabu.

Menurut Endro, titik-titik baru rawan bencana, khususnya bencana longsor terdeteksi di sejumlah kawasan perbukitan di Kabupaten Kulon Progo, Bantul, Gunung Kidul, dan Sleman.

"Kebanyakan berupa retakan-retakan yang kalau terus menerus diisi air hujan berpotensi longsor," kata dia.

Titik rawan bencana longsor paling dominan ada di enam kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, yakni Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, dan Nanggulan. Dampak badai Cempaka yang memicu hujan ekstrem selama dua hari memunculkan sekitar 100 lebih titik baru rawan bencana longsor.

"Enam kecamatan itu memang sudah masuk zona merah bencana longsor," kata Endro.

Di Gunung Kidul titik paling rawan longsor ada di Kecamatan Gedangsari, diikuti Kecamatan Imogiri di Kabupaten Bantul, dan Kecamatan Prambanan di Kabupaten Sleman. Saat ini tim masih mengumpulkan data titik baru rawan bencana tersebut.

Apabila data zona rawan longsor baru telah dihumpun secara keseluruhan, menurut Endro akan segera dipublikasikan kepada seluruh masyarakat serta instansi terkait untuk mengantisipasi potensi bencana baru menjelang puncak musim hujan.

"Nanti akan kami sosialisasikan baik zona rawan bencana maupun zona yang aman dari bencana sehingga diharapkan masyarakat dapat melakukan evakuasi secara mandiri," kata dia.

Bagi warga yang sebelumnya tinggal di wilayah terdampak bencana juga telah diimbau melakukan mitigasi secara mandiri ketika durasi hujan mencapai di atas 8 jam.

"Masyarakat kami imbau tetap waspada dan siaga terutama di daerah dataran tinggi dan yang tinggal di bantaran sungai," kata dia.

Menurut Endro, pascahujan lebat yang dipicu Siklon Cempaka sejak Selasa (28/11) hingga Rabu (29/11), BPBD DIY bersama-sama dengan Dinas Pekerjaan Umum serta Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO)?melakukan tindakan tanggap darurat bencana dengan mendistribusikan material ke lokasi-lokasi jalan dan jembatan yang rusak.

"Evakuasi yang mengacam keselamatan jiwa manusia maupun harta, benda sudah tidak ada. Sekarang fokus kami ke perbaikan infrastruktur pascabencana," kata dia.

Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono mengatakan musim hujan di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai puncak pada Januari-Februari 2018.

Joko mengatakan pada musim hujan saat ini kecepatan angin maksimum di DI Yogyakarta bisa mencapai 30 kilometer per jam dengan suhu udara berkisar 21-32 derajat C dan kelembaban 70 sampai 95 persen.

Saat puncak musim hujan pada Januari 2018, curah hujan dapat mencapai 50 milimeter (mm) lebih per hari atau 400 hingga 550 milimeter per bulan.
L007
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024