Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta akan melanjutkan program kajian normalisasi simpang sebagai upaya mengurangi kepadatan lalu lintas terutama menjelang persimpangan jalan.
"Pada tahun lalu, kami sudah melakukan kajian di 15 titik simpang. Tahun ini, kami lanjutkan lagi dengan jumlah titik simpang yang hampir sama," kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Golkari Made Yulianto di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Golkari, hasil kajian normalisasi simpang yang dilakukan tahun lalu sudah diserahkan ke dinas terkait seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Yogyakarta untuk ditindaklanjuti dengan melakukan normalisasi simpang.
"Kami tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pekerjaan normalisasi simpang. Oleh karena itu, hasil kajian kami limpahkan ke instansi berwenang," katanya.
Bentuk normalisasi simpang yang diusulkan berdasarkan hasil kajian berbeda-beda sesuai dengan kondisi di tiap simpang. "Bisa dengan membuat simpang yang lebih melengkung atau tidak terlalu bersudut tajam agar kendaraan mudah berbelok. Bisa juga dengan pelebaran simpang yang membutuhkan pembebasan lahan atau bentuk normalisasi lain," katanya.
Seluruh hasil kajian, lanjut Golkari bahkan sudah disertai dengan ilustrasi mengenai bentuk simpang yang ideal termasuk perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan normalisasi.
"Tahun lalu, kajian kami lakukan di seputaran Stadion Kridosono, dan tahun ini akan kami lakukan di sekitar Jembatan Lempuyangan hingga Baciro karena kami juga akan sekaligus melakukan kajian penutupan perlintasan sebidang di bawah Jembatan Lempuyangan," katanya.
Hasil kajian mengenai normalisasi simpang termasuk penutupan perlintasan sebidang di bawah Jembatan Lempuyangan diharapkan sudah dapat diselesaikan pada triwulan ketiga.
"Khusus untuk hasil kajian penutupan perlintasan sebidang di bawah Jembatan Lempuyangan akan kami sampaikan ke pusat. Dari kajian tersebut akan diketahui apakah sudah memungkinkan untuk dilakukan penutupan atau belum," katanya.
Pelaksanaan kajian, lanjut Golkari, akan dilakukan menggunakan pemodelan pergerakan kendaraan terutama kendaraan yang melintas di Jembatan Lempuyangan jika perlintasan sebidang ditutup.
"Kami sudah memiliki data tentang volume kendaraan yang melintas, kapasitas jalan, termasuk durasi lampu lalu lintas. Kami akan gunakan sistem pemodelan untuk mengetahui pergerakan kendaraan dan penambahan volume di Jembatan Lempuyangan," katanya.
Saat ini, rasio antara volume kendaraan dan kapasitas jalan di Jalan Sutomo hingga Jembatan Lempuyangan sudah cukup padat dengan indeks 0,9 atau hampir macet.
"Kondisi ini juga menjadi pertimbangan kami dalam melakukan manajemen lalu lintas, termasuk masukan bagi PT KAI terkait arah hadap pintu masuk Stasiun Lempuyangan yang berada tidak jauh dari jembatan," katanya.
(E013)
