Kalbe Farma berkomitmen tumbuhkan budaya inovasi

id PT Kalbe Farma

Kalbe Farma berkomitmen tumbuhkan budaya inovasi

Direktur PT Kalbe Farma Tbk Sie Djohan (kanan) saat berbicara dalam diskusi di UGM. (Foto istimewa)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - PT Kalbe Farma Tbk berkomitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menumbuhkan budaya inovasi.

"Kalbe percaya bahwa inovasi dan penelitian adalah kunci penting bagi kemajuan bangsa," kata Direktur PT Kalbe Farma Tbk Sie Djohan di Yogyakarta, Senin.

Oleh karena itu, menurut dia,  Kalbe bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) meluncurkan program Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018 sebagai program pengembangan penelitian melalui pemberian dana penelitian yang terkait kesehatan, farmasi, pangan fungsional, teknologi informasi, dan "life science".

Peluncuran RKSA 2018 itu diselenggarakan bersamaan dengan diskusi bertema "Strategi Hilirisasi Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat" di Ruang Multimedia UGM.

"Kami memerlukan sinergi yang harmonis antara semua elemen bangsa, khususnya akademisi, industri, dan pemerintah  untuk mampu bersaing sekaligus mewujudkan hasil penelitian yang memiliki nilai tinggi secara komrsial dan bermanfaat bagi masyarakat luas," kata  Sie Djohan.

Ia mengatakan diskusi RKSA di Yogyakarta merupakan bagian dari upaya membangun komunikasi antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam mengembangkan penelitian khususnya hilirisasi penelitian sehingga hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas.

"Ada beberapa tantangan perguruan tinggi dalam melakukan penelitian sampai ke tahap komersial, di antaranya masalah birokrasi, regulasi, keterbatasan dana, kualitas dan penyebaran SDM (peneliti), infrastruktur, dan fasilitas laboratorium," katanya.

RKSA disebut diselenggarakan dua tahun sekali oleh Kalbe sejak 2008 adalah program apresiasi bagi para peneliti di Indonesia. Tahun 2018, program difokuskan pada pendanaan penelitian dalam bidang kesehatan bagi para peneliti Indonesia.

Bidang kesehatan yang telah dipilih tersebut meliputi 3 kategori, yaitu bidang farma, biofarma dan sel punca, kemudian bidang "e-health", alat kesehatan, diagnostik,  bidang makanan dan minuman kesehatan, serta produk bahan alam.
 
"Total dana penelitian akan diberikan kepada 3-5 proposal terpilih dengan nilai Rp1,5 miliar," kata Sie Djohan.

Sekretaris Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemristekdikti Prakoso menyambut baik program dari PT Kalbe Farma, karena program itu akan mendekatkan kalangan industri dengan dunia akademis.

"Hal itu penting, agar hasil-hasil riset di perguruan tinggi, semaksimal mungkin dapat ditangkap dan disemai dari awal oleh kalangan industri," kata Prakoso.

Ia mengakui, riset di Indonesia jauh tertinggal. Persoalan yang terjadi selama ini, bukan semata persoalan anggaran atau dana penelitian, tetapi juga
manajemen riset serta regulasi.

"Dana penelitian kita saat ini Rp24,9 triliun per tahun. Memang masih kecil, tetapi kalau ditelaah lebih dalam lagi, ternyata dari nilai itu, untuk belanja litbang hanya sekitar 43 persen. Sisanya, habis untuk perawatan gedung, belanja modal, gaji dan lain sebagainya," katanya.

Menurut dia, hal itu artinya yang benar-benar untuk riset sendiri masih kecil sekali. Untuk itu, dia berharap alokasi dana untuk penelitian tidak melulu disiapkan oleh pemerintah, tetapi pihak swasta juga ikut berperan dan mendorong riset.

"Di negara maju, malah peran swasta mendominasi. Kalangan swasta di negara-negara maju sudah sangat peduli dan memahami pentingnya riset dan pengembangan," kata Prakoso.

(B015)
Pewarta :
Editor: Hery Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2024