STTD: anak usia produktif dominan terlibat kecelakaan

id Lalu lintas

STTD: anak usia produktif dominan terlibat kecelakaan

Ilustrasi kecelakaan (Foto antaranews.com)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Ketua Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Suharto menyebutkan kalangan anak muda yang masih berusia produktif hingga saat ini paling dominan terlibat atau menjadi korban kecelakaan lalu lintas akibat perilaku mereka dalam berkendara.
       
"Yang paling banyak terjadi di usia produktif, bisa jadi yang meninggal tadi calon pemimpin," kata Suharto dalam Talkshow yang bertajuk Cegah Pelanggaran Lalu-Lintas di Auditorium Magister Manajemen (MM) UGM, Yogyakarta, Selasa.
       
Menurut Suharto, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas tersebut adalah perilaku berkendara anak muda yang tidak menjaga keamanan dan keselamatan selama berada di jalan raya. 
     
"Sekitar 78 persen disebabkan faktor perilaku dan sisanya soal sarana dan prasarana," kata dia.
       
Setiap tahun, menurut dia, tercatat sebanyak 30.569 korban meninggal dunia akibat kecelakaan. Korban yang paling banyak meninggal dunia umumnya anak muda yang masih usia produktif 15-29 tahun karena tidak menjaga keselamatan saat berkendara.
         
Oleh sebab itu, Suharto mengimbau orang tua  tidak mudah menyerahkan kendaraan roda dua bagi anaknya yang masih duduk di bangku sekolah SD atau SMP. 
     
Menurutnya, anak-anak di usia tersebut riskan jadi korban kecelakaan karena minimnya wawasan soal keselamatan dan keamanan berlalu-lintas. "Memberikan motor pada anak yang masih SMP sama saja menyiapkan kain kafan bagi anaknya," kata dia.
       
Direktur Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda DIY Kombes Pol Latif Usman menyebutkan tujuh faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, yakni berkendara dengan kecepatan tinggi, pengendara masih di bawah umur, melawan arus, penggunaan telepon genggam, tidak menggunakan helm, posisi mabuk, serta tidak menggunakan sabuk keselamatan.
       
Ia menyebutkan angka kecelakaan di DIY pada 2016 tercatat sebanyak 463 orang meninggal dunia dan pada 2017 turun menjadi 442 orang yang meningal dunia. "Hingga pertengahan November ini 373 orang meninggal dunia," kata Latif.
       
Sementara itu, pemerhati keselamatan berlalu lintas dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM Prof. Sigit Priyanto mengatakan pihaknya tengah melaksanakan program kampanye keselamatan lalu lintas anak di DIY melalui kerja sama UGM dan Gachon University. 
     
Program itu, kata dia, diprioritaskan untuk kelompok anak-anak dan orang tua untuk melakukan kunjungan rutin ke sekolah. "Kita ingin menekan jumlah kecelakaan anak di DIY sebagai studi kasus sehingga nantinya bisa dikembangkan di seluruh Indonesia," kata dia.