Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta terus berupaya memodernisasi armada pengangkut sampah, dari truk bak terbuka menjadi truk jenis “compactor” sehingga mengurangi potensi pencemaran di sepanjang jalur menuju tempat pembuangan akhir sampah.
“Truk jenis ‘compactor’ sudah banyak digunakan oleh kota-kota besar di Indonesia. Saat ini, jumlah yang dimiliki belum banyak, tetapi kami akan upayakan untuk melakukan penggantian terhadap semua truk pengangkut sampah dari bak terbuka menjadi ‘compactor,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, truk jenis “compactor” memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan truk bak terbuka. Selain mengurangi potensi pencemaran udara akibat bau yang dikeluarkan sampah, truk jenis “compactor” juga akan memastikan tidak ada cairan yang berceceran karena penampung sampah dipastikan solid atau tidak bocor.
Bak sampah di truk jenis “compactor” juga tertutup sehingga tidak ada sampah yang terjatuh selama pengangkutan menuju tempat pembuangan akhir.
“Kapasitas truk ‘compactor’ juga lebih banyak dibanding truk pengangkut sampah konvensional,” katanya.
Truk sampah konvensional biasanya memiliki kapasitas 2,5 ton sekali angkut, sedangkan truk jenis “compactor” mampu menampung sampah hingga empat ton sekali angkut karena sampah bisa dipadatkan terlebih dahulu.
Saat ini, DLH Kota Yogyakarta memiliki 40 armada truk pengangkut sampah dan dua truk “compactor”, sedangkan pada 2019, DLH sudah menganggarkan dana sekitar Rp2,1 miliar untuk pengadaan dua truk “compactor”.
“Modernisasi peralatan pengangkutan sampah akan kami lakukan bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran. Harapannya, semua truk pengangkutan sampah menjadi truk ‘compactor’ karena memang sudah sangat dibutuhkan,” katanya.
Pengadaan truk jenis “compactor” untuk pengangkutan sampah pertama kali dilakukan pada 2017, bersamaan dengan pengadaan mobil penyapu jalan untuk membantu mempercepat pasukan kuning melakukan penyapuan jalan, khususnya di beberapa ruas jalan utama di Kota Yogyakarta.
Meskipun DLH Kota Yogyakarta terus melakukan modernisasi peralatan pengangkutan sampah, Suyana berharap, masyarakat juga meningkatkan kesadaran untuk melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah tangga sehingga sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah adalah sampah yang benar-benar tidak dapat digunakan.
Sampah yang masih bisa dimanfaatkan, seperti plastik dan botol bisa dimanfaatkan sebagai “ecobrick” atau disetor ke bank sampah, sedangkan sampah organik dapat dikelola dengan biopori, komposter, atau keranjang takakura menjadi kompos.
Hal tersebut, lanjut dia, perlu dilakukan untuk mengantisipasi kapasitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan yang semakin berkurang bahkan sepanjang 2019 sudah terjadi beberapa kali kasus penutupan tempat pembuangan akhir sampah karena berbagai sebab.
Rata-rata volume sampah yang dibuang dari Kota Yogyakarta ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan mencapai 250 ton per hari.
Baca juga: Pengembang perumahan Yogyakarta siap bangun 900 rumah di Pleret