UGM melakukan penanam bambu di DAS Kali Oya Gunung Kidul

id DAS Kali Oya,Gunung Kidul,UGM,Penanaman bambu

UGM melakukan penanam bambu di DAS Kali Oya Gunung Kidul

Universitas Gajah Mada Yogyakarta melakukan penanam bambu di Daerah Aliran Sungai Kali Oya di kawasan Hutan Wanagama, Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Universitas Gajah Mada (UGM) melakukan penanam bambu di Daerah Aliran Sungai Kali Oya di kawasan Hutan Wanagama, Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam rangka menjamin pasokan bahan baku kerajinan.

Direktur Wanagama Dwiko Budi Permadi di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan bambu merupakan jenis tanaman yang baik bagi lingkungan, sebab bambu mampu menyimpan air hingga kapasitas 500 liter per rumpunnya.

"Hal ini berarti keberadaannya bisa menjadi penyimpan cadangan air saat musim kemarau. Bambu juga bisa menjadi bahan baku kerajinan yang dikembangkan masyarakat," kata Dwiko Budi Permadi.



Selain itu, bambu juga membangun simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme, hewan, serta bagi manusia. Batang bambu menjadi rumah bagi reptil sejenis ular.

"Sedangkan tunas bambu alias rebung bisa dikonsumsi sebagai sayuran dengan kandungan gizi baik,” katanya.

Kepala Bidang Konservasi dan Kerusakan Lahan, DLH Gunung Kidul Luh Gde Suastini mengatakan luasan lahan kritis terus bertambah setiap tahunnya. Hingga saat ini cakupan lahan kritis mencapai 1.544,63 hektare.

"Setiap tahun rutin melakukan pendataan untuk memastikan apakah lahan kritis bertambah atau berkurang,” kata Luh Gde.

Menurut dia, lahan kritis terjadi karena beberapa faktor, baik karena alam maupun ulah tidak bertanggung jawab dari tangan manusia. Kalau yang berada di pinggiran sungai, kerusakan karena terjangan banjir.



"Tapi ada juga lahan kritis yang disebabkan karena penebangan dan aktivitas perambahan secara liar,” katanya.

Luh Gde mengatakan daerah-daerah yang terdapat lahan kritis didominasi di wilayah Utara Gunung Kidul seperti di Kecamatan Semin, Ponjong, Ngawen, Gedangsari. Adapun luasan kerusakan di setiap titik bervariasi dari mulai puluhan hingga ratusan hektare.

"Titik lahan kritis paling banyak di Desa Candirejo, Semin yang luasannya mencapai 200 hektare. Kerusakan juga banyak terjadi di sepanjang aliran sungai seperti Kali Oya. Untuk penanganan bisa dilakukan dengan gerakan penghijauan,” katanya.

Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi mengatakan keberadaan tanaman bambu bisa menjaga keberlangsungan usaha kerajinan di masyarakat agar kebutuhan bahan baku dapat dipenuhi sendiri. Di sisi lain, tanaman ini juga sebagai salah satu cara untuk mengatasi lahan kritis dan mencegah terjadinya erosi, khususnya di kawasan bantaran sungai.

"Harapannya program ini bisa direplikasi di daerah rawan lainnya sehingga upaya penghijaun bisa digalakkan,” harapnya.

Selain itu, penanaman ini juga bisa memperkuat keberadaan destinasi wisata Hutan Wanagama sebagai eco edu forest di Bumi Handayani. "Agar lebih maksimal harus ada kerja sama antara Dinas Pariwisata dan Dinas Lingkungan Hidup,” katanya.
 
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024