Dinkes Kulon Progo memgaktifkan kader juru pemantau jentik cegah DBD

id DBD,demam berdarah dengue,Dinkes Kulon Progo,Kulon Progo,Baning Rahayujati

Dinkes Kulon Progo memgaktifkan kader juru pemantau jentik cegah DBD

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulon Progo Baning Rahayujati. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaktifkan kembali kader-kader juru pemantau jentik atau jumantik di tingkat desa melalui program "satu rumah satu jumantik" guna mencegah penularan demam berdarah dengue.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulon Progo Baning Rahayujati di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan program "satu rumah satu jumatik" ini masing-masing keluarga menunjuk salah satu keluarga untuk melakukan pemantauan jentik berkala, yakni satu minggu sekali.

"Kami mengakui, program ini belum berjalan baik. Kami juga sudah mengimbau kepada masyarakat ini, masyarakat banyak menghabiskan waktu di rumah pada masa pandemi COVID-19 ini untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin," kata Baning.

Ia juga mengatakan Dinas Kesehatan melalui seluruh puskemas di Kulon Progo, baik di daerah endemi atau tidak selalu melakukan penyuluhan, sosialisasi dan penggerakan masyarakat untuk memberantas jentik nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD).

Kelemahan cara ini, masyarakat tidak aktif sehingga belum berhasil merubah perilaku masyarakat untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan gerakan 3M secara rutin.

Hal ini terbukti dengan angka bebas jentik di Kulon Progo yang seharusnya 95 persen, sekarang masih di angka 80-an persen. Rata-rata setiap kecamatan angka bebas jentik 80 persen. Sedangkan target yang ditetapkan Dinkes Kulon Progo sebesar 90 persen.

"Artinya hampir seluruh wilayah belum ada yang mencapai 95 persen. Semua wilayah berisiko penularan DBD," katanya.

Baning mengatakan kasus demam berdarah dengue dari awal Januari hingga minggu ke-25 ada 213 kasus dengan jumlah kematian nol. Dibandingkan tahun 2019, total kasus dari Januari hingga akhir Desember sebesar 296 kasus, dan jumlah kematian nol.

"Sejak 2018 hingga saat ini, kasus kematian akibat DBD nol kasus. Kematian terakhir pada 2017 sebanyak satu kasus," kata Baning.

Adapun sebaran kasus DBD setiap kecamatan, yakni Panjatan sebanyak 10 kasus, Kokap ada 10 kasus, Samigaluh ada delapan kasus, Girimulyo ada tujuh kasus, Kalibawang ada empat kasus, Nanggulan ada 16 kasus, Sentolo ada 18 kasus, Pengasih 18 kasus, Lendah 25 kasus, Temon ada 20 kasus dan Galur ada 21 kasus.

"Sekali lagi, kami mengimbau masyarakat melakukan PSN," imbaunya.