Barak pengungsi Gunung Merapi disesuaikan prosedur protokol kesehatan

id Covid-19,Merapi,Pengungsian

Barak pengungsi Gunung Merapi disesuaikan prosedur protokol kesehatan

Relawan membuat bilik penyekat di tempat pengungsian Desa Wonokerto, Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (10/11/2020). Posko tanggap darurat Desa Wonokerto menyiapkan barak pengungsian dengan protokol COVID-19 untuk menampung pengungsi di sektor barat lereng Gunung Merapi. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/pras.)

Yogyakarta (ANTARA) - Barak pengungsi erupsi Gunung Merapi di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah didesain sesuai perosedur protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.

Koordinator Bidang Operasi Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Endro Sambodo di Yogyakarta, Rabu, mengatakan untuk mengatur jarak fisik sesuai protokol pencegahan COVID-19, maka antarpengungsi telah dipisahkan dengan bilik-bilik bersekat berukuran 2 x 3 x 2 sesuai dengan kepala keluarga (KK) masing-masing.

"Satu bilik diisi satu KK yang rata-rata terdiri atas empat orang. Barak itu sudah cukup lapang sehingga privasinya bisa terjaga," kata dia.

Endro memastikan penerapan protokol kesehatan para pengungsi mulai dari memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak terus dipantau agar tak terjadi penularan COVID-19.

Sesuai prosedur standar operasi (SOP) di pengungsian, katanya, telah diberlakukan sejumlah aturan pencegahan COVID-19 mulai dari prosedur  para petugas, protokol para pengungsi, distribusi logistik, relawan, dan kedatangan orang di pengungsian.

"Kami juga mengatur prosedur jika ada temuan kasus COVID-19 di pengungsian, termasuk data dan informasi," kata dia.

Para relawan yang bertugas di posko pengungsian juga diminta mengikuti rapid test untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan barak pengungsian.

Endro menyebutkan saat ini barak pengungsian yang ada di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan memiliki kapasitas normal 300 orang.

Saat ini, barak pengungsian itu telah diisi 146 orang kelompok rentan yang seluruhnya merupakan warga Dusun Kalitengah Lor, Cangkringan, Sleman. Mereka terdiri atas balita, ibu hamil, lansia, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), dan disabilitas.

"Sebelumnya 129 orang, namun sudah bertambah menjadi 146. Seluruhnya merupakan kelompok rentan," kata dia.

Menurut Endro, evakuasi terhadap warga di kawasan rawan bencana (KRB) III atau lima kilometer dari puncak Gunung Merapi dilakukan secara menyeluruh apabila status telah kembali meningkat menjadi awas.

Panewu (Camat) Cangkringan Pramono mengatakan Jumlah pengungsi erupsi Gunung Merapi di Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan bertambah menjadi 203 orang setelah pada Selasa (10/11) malam ada empat orang yang masuk ke barak pengungsian Glagaharjo.

Menurut dia, pada awal pengungsian, terdapat 164 warga Dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo yang mengungsi, kemudian bertambah menjadi 185 orang.

"Kemudian hari ketiga 198 dan tadi malam hari keempat menjadi 203 orang pengungsi," katanya.

#SatgasCovid19
#Ingatpesanibu