Sumber tekanan magma Gunung Merapi 1,3 km dari puncak

id Merapi,Deformasi,Migrasi magma,Siaga,Gunung

Sumber tekanan magma Gunung Merapi 1,3 km dari puncak

Gunung Merapi. (ANTARA/Hendra Nurdiyansyah)

Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta memperkirakan sumber tekanan magma di Gunung Merapi saat ini berada pada kedalaman 1,3 kilometer dari puncak.

Penyelidik Bumi BPPTKG Yogyakarta Nurnaning Aisyiah pada Siaran Informasi BPPTKG yang ditayangkan langsung melalui akun Youtube BPPTKG, Rabu, mengatakan perkiraan itu mengacu periode data kecepatan deformasi atau perubahan bentuk tubuh Gunung Merapi akibat aktivitas magma yang diukur dengan electronic distance measurement (EDM).

"Dari akhir Oktober sampai sekarang kami menduga bahwa sumber tekanan sudah relatif berada di lokasi yang lebih dangkal dibandingkan periode sebelumnya," kata dia.

Nurnaning menjelaskan laju deformasi Gunung Merapi terus berlanjut sejak Juni 2020 sampai sekarang. Kecepatan deformasi itu kemudian dibagi menjadi enam periode.

Pada periode I-III (Juni- pertengahan Oktober 2020) menunjukkan lokasi sumber tekanan berada di kisaran 5,9 km di bawah puncak. Pada periode IV-VI (akhir Oktober- 2 Desember) menjadi 1,3 km di bawah puncak.

Menurut dia, perkiraan itu diperkuat dengan hasil pemantauan terakhir menggunakan GPS (global positioning system) yang juga menyebutkan bahwa sumber tekanan di gunung itu berada pada lokasi dangkal dengan kedalaman 1 sampai 2 km. 

"Hasil ini memperkuat hasil pemodelan kami dengan menggunakan EDM. Hasil ini konsisten, bersesuaian dengan hasil EDM," katanya.
 
Warga mengevakuasi hewan ternak di Kalitengah lor, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (9/11/2020). Menyusul naiknya status Gunung Merapi dari waspada (level II) menjadi siaga siaga (level III)warga lereng Gunung Merapi di kawasan Kalitengah Lor mulai mengevakuasi hewan ternaknya ke kandang komunal hunian tetap Gading. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp (.)


Selain data EDM dan GPS, kata Nurnaning, data pemantauan lain dengan menggunakan satelit juga memperkuat kian mendekatnya magma ke permukaan. Berdasarkan hasil pengambilan foto melalui citra satelit, diduga adanya pengembungan atau pengangkatan area di puncak Merapi seluas 100.000 meter persegi.

"Ini sesuai dengan hasil EDM bahwa diduga ada migrasi magma dari sumber yang dalam menuju dangkal," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso menuturkan bahwa pemantauan visual Gunung Merapi yang dilakukan BPPTKG telah menggunakan berbagai teknologi canggih sehingga tidak memerlukan upaya pengamatan secara langsung dengan mendaki ke puncak.

"Perubahan morfologi Merapi dapat diamati dari berbagai sisi dengan akurasi yang memadai. Teknologi drone dan satelit memungkinkan mendapatkan data visual tanpa harus memasuki daerah bahaya," kata dia.

BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak.

Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan.

BPPTKG meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.