Karisma Evi akui tegang bersaing di final lari 100m Paralimpiade

id karisma evi tiarani,para-atletik,paralimpiade tokyo

Karisma Evi akui tegang bersaing di final lari 100m Paralimpiade

Karisma Evi Tiarani yang turun pada nomor lari 100 meter putri T42 di Paralimpiade Tokyo 2020. (ANTARA/HO-NPC Indonesia)

Jakarta (ANTARA) - Sprinter Indonesia Karisma Evi Tiarani mengaku tegang saat bersaing pada final lari 100m T63 putri sehingga ia belum bisa memberikan hasil maksimal dan mempersembahkan medali untuk Merah Putih di Paralimpiade Tokyo.

Selain perlombaan yang menegangkan, hujan deras yang mengguyur lintasan Olympic Stadium Sabtu malam itu juga membuat penampilannya tidak maksimal. Pemegang rekor dunia 100m T42 itu finis keempat dengan catatan 14,83 detik.

“Mohon maaf belum bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Perlombaan tadi cukup menegangkan karena kondisi juga hujan jadi lintasan agak licin kemudian sedikit menghambat pergerakan. Ke depannya saya akan berlatih lebih keras lagi, bekerja lebih keras lagi agar bisa memberikan yang terbaik," kata Evi dalam siaran pers NPC Indonesia yang diterima di Jakarta.

Meski hanya finis di peringkat keempat, pelatih Slamet Widodo mengapresiasi perjuangan pantang menyerah Evi yang bertanding di tengah kondisi lintasan yang basah karena hujan deras.

"Hari ini Karisma Evi final lari 100m hanya mampu berada di urutan nomor empat, namun saya apresiasi karena dalam situasi yang hujan deras Karisma Evi telah bertanding dengan penuh semangat, berjuang dengan sangat luar biasa dan memang lawan-lawannya bagus-bagus sehingga Karisma Evi hanya bisa finis keempat," ujar Slamet.

Pada final 100m, Evi menjadi satu-satunya peserta dengan klasifikasi T42 yang bersaing dengan atlet-atlet klasifikasi T63, yang sebelah kakinya menggunakan bilah kaki palsu.

Pelari berusia 20 tahun itu harus mengakui dominasi sprinter Italia yang menyapu bersih medali pada nomor tersebut.

Medali emas direbut oleh Ambra Sabitini dengan waktu 14,11 detik. Medali perak diamankan Martina Caironi dengan 14,46 detik, dan medali perunggu diraih Monica Graziana Contrafatto dengan 14,73 detik.

Pelari Italia tersebut sudah menunjukkan dominasinya sejak babak penyisihan. Sabatini dan Caironi bahkan bergantian mengukir rekor dunia dengan catatan 14,39 detik dan 14,37 detik pada babak penyisihan. Rekor dunia tersebut kembali pecah oleh Sabatini dalam babak final dengan 14,11 detik.

Penampilan Karisma Evi Tiarani pun menjadi akhir perjuangan tim para-atletik Indonesia di Tokyo.

Para-atletik Indonesia hanya mampu menyumbang satu medali perunggu lewat Saptoyogo Purnomo di nomor lari 100m T37 putra.