Pemkab Gunungkidul mengampanyekan "GERDU OBBAMA" turunkan kematian ibu
Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengampanyekan Gerakan Terpadu, Ora Ono Ibu Lan Bayi Mati atau disingkat dengan "GERDU OBBAMA" di Puskesmas Rongkop untuk menurunkan kematian ibu melahirkan dan bayi.
Panewu/Camat Rongkop Aris Pambudi di Gunungkidul, Jumat, mengatakan, gerakan terpadu ini muncul dari banyaknya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di wilayah tersebut.
"Berdasarkan data yang kami miliki dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ada dua kematian ibu dan 11 kematian bayi. Sehingga kami mengampanyekan "GERDU OBBAMA"dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan maternal untuk menurunkan AKI dan AKB," kata Aris Pambudi.
Ia mengatakan, gerakan Ini merupakan inovasi untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di wilayah UPT Puskemas Rongkop.
“Tidak hanya menekan AKI dan AKB tapi program ini kita harapkan dapat menekan angka kekerdilan di wilayah Rongkop,” katanya.
Aris mengatakan, kasus kekerdilan di Rongkop masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data Puskemas 2022 dari 1.281 bayi, 242 di antaranya atau 18,81 persen mengalami kekerdilan. Jumlah tahun ini meningkat jika dibandingkan dengan Tahun 2021 hanya 18,40 persen.
“Termasuk pengecekan anemia pada ibu hamil. Dari data104 ibu hamil 54 di antaranya anemia. Ini juga menjadi perhatian kami,” katanya.
Dia mengatakan GERDU OBBAMA dilakukan dengan pemeriksaan ibu hamil sesuai standar 10T, peningkatan pelayanan ANC terpadu bahkan perbaikan gizi ibu hamil.
“Dari gerakan ini yang paling penting adalah kerjasama lintas sektoral serta peningkatan peran serta masyarakat,” katanya.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta menyampaikan bahwa pemerintah menyambut baik dan mendukung penuh kegiatan ini karena merupakan salah satu upaya pencegahan dalam menurunkan risiko kematian ibu dan bayi.
“Berkesinambungan, menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak memang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus ini,” kata Sunaryanta.
Panewu/Camat Rongkop Aris Pambudi di Gunungkidul, Jumat, mengatakan, gerakan terpadu ini muncul dari banyaknya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di wilayah tersebut.
"Berdasarkan data yang kami miliki dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ada dua kematian ibu dan 11 kematian bayi. Sehingga kami mengampanyekan "GERDU OBBAMA"dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan maternal untuk menurunkan AKI dan AKB," kata Aris Pambudi.
Ia mengatakan, gerakan Ini merupakan inovasi untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di wilayah UPT Puskemas Rongkop.
“Tidak hanya menekan AKI dan AKB tapi program ini kita harapkan dapat menekan angka kekerdilan di wilayah Rongkop,” katanya.
Aris mengatakan, kasus kekerdilan di Rongkop masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data Puskemas 2022 dari 1.281 bayi, 242 di antaranya atau 18,81 persen mengalami kekerdilan. Jumlah tahun ini meningkat jika dibandingkan dengan Tahun 2021 hanya 18,40 persen.
“Termasuk pengecekan anemia pada ibu hamil. Dari data104 ibu hamil 54 di antaranya anemia. Ini juga menjadi perhatian kami,” katanya.
Dia mengatakan GERDU OBBAMA dilakukan dengan pemeriksaan ibu hamil sesuai standar 10T, peningkatan pelayanan ANC terpadu bahkan perbaikan gizi ibu hamil.
“Dari gerakan ini yang paling penting adalah kerjasama lintas sektoral serta peningkatan peran serta masyarakat,” katanya.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta menyampaikan bahwa pemerintah menyambut baik dan mendukung penuh kegiatan ini karena merupakan salah satu upaya pencegahan dalam menurunkan risiko kematian ibu dan bayi.
“Berkesinambungan, menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak memang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus ini,” kata Sunaryanta.