Sultan HB X sebut Wawasan Nusantara Bahari perlu direvitalisasi
Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan semangat Wawasan Nusantara Bahari perlu direvitalisasi untuk mempercepat kebangkitan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia.
"Guna mempercepat kebangkitan Indonesia melalui gagasan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, upaya revitalisasi semangat Wawasan Nusantara Bahari diperlukan," ujar Sri Sultan melalui keterangan resmi Pemda DIY di Yogyakarta, Minggu.
Saat berorasi dalam gelaran Maritime Awards 2022-2023 yang digelar di Batavia Marina Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (10/2), Sultan juga menekankan bahwa pemahaman tentang geopolitik dan geostrategi pun harus dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Indonesia, kata dia, patut menaruh perhatian dengan posisinya yang memangku Samudera Hindia, khususnya eksistensi Jalur Sutra Maritim dimana pada masa perang dingin Samudera Hindia tidak pernah menjadi daya tarik kepentingan ekonomi dan politik bagi negara-negara tertentu, terutama Amerika, Jepang, China, dan negara-negara Eropa.
Menurut dia, konstelasi mulai berubah pada awal 2000-an, ketika konflik perairan China Selatan mengemuka yang menyebabkan Samudera Hindia muncul ke permukaan sebagai wilayah ekonomi dan politik yang sangat penting.
Merujuk pada berbagai fenomena maritim tersebut, menurut Sultan, tak berlebihan apabila Bangsa Indonesia memang harus menggali, mengkaji serta merevitalisasi kembali semangat Nusantara.
Para penghuni yang berada di dalam Nusantara, ujar Sultan, harus memiliki Wawasan Nusantara, sekaligus Wawasan Bahari, atau lebih tepatnya Wawasan Nusantara Bahari.
"Dalam upaya Revitalisasi Semangat Nusantara, maka konsekuensi lanjutannya adalah, bangsa Indonesia harus memiliki pemahaman tentang geopolitik dan geostrategi," jelas Sri Sultan.
Ia mengatakan pemahaman geopolitik dan geostrategi dimaksudkan untuk menggugah wawasan, dalam usaha mengeksplorasi jati diri bangsa.
Pemahaman geopolitik dan geostrategi tersebut, menurut dia, dapat diderivasi dari Wawasan Nusantara, diaktualisasikan dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika, dan untuk ditempatkan dalam konteks percaturan global dan pergeseran geopolitik internasional.
Sultan mengatakan semangat dan keterampilan bahari yang pernah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia perlu digali dan dikembangkan kembali di kalangan generasi muda agar bangsa Indonesia mampu menjadi tuan di negeri sendiri.
"Perlu disiapkan generasi muda Indonesia, yang sanggup mengambil tanggung jawab masa depan, berkeyakinan diri, dan memiliki wawasan kebaharian yang mendalam, serta didukung oleh keterampilan bahari yang memadai," kata dia.
Lebih lanjut, Sultan mengutarakan di tengah upaya menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, teriring pula kewajiban nasional untuk memperkuat integrasi bangsa melalui strategi nasional aktualisasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Karena itu, sekalipun bangsa Indonesia adalah masyarakat yang bhineka atau berbeda-beda, menurut dia, harus selalu diingatkan bahwa seluruhnya adalah satu, dan sudah seharusnya menjadikan keberagaman sebagai faktor perekat integrasi bangsa, melalui upaya-upaya proaktif dan partisipatif.
"Memenuhi tantangan tersebut, tentu menjadi relevan, apabila kita melakukan flashback atas upaya peneguhan Wawasan Nusantara Bahari, yang telah dilontarkan dalam Deklarasi Djuanda tahun 1957," ujar dia.
Ia mengatakan Wawasan Nusantara Bahari yang didesain sebagai simbol pemersatu bangsa tetap harus diperjuangkan, meski nasib dari konsep itu dinilai belum mengalami kemajuan berarti.
Menurut Sultan, nilai ekonomis, strategis, bahkan simbolis dari batas wilayah laut, belum pernah dikembangkan secara sungguh-sungguh.
Diplomasi maritim dan diplomasi ekonomi, kata dia, merupakan bagian penting dari kebijakan luar negeri Indonesia yang amat strategis terutama jika diperankan dalam pergeseran konstelasi geopolitik internasional masa kini.
Menurut Sultan, alasan utama diplomasi maritim dinilai bernilai tinggi yakni manfaat wilayah maritim terhadap pembangunan ekonomi, serta urgensi pembaruan konsep geopolitik dalam Wawasan Nusantara yang juga tidak dapat dilepaskan dari nilai simbolis wilayah maritim.
"Hakikat geopolitik dan geostrategis Indonesia sebagai negara kepulauan perlu benar-benar dipahami, agar NKRI tidak mudah diintervensi dan diinfiltrasi oleh kekuatan tertentu, baik dari dalam maupun luar," kata dia.
Dalam Maritime Award 2022-2023 yang digelar International Sea Port Exhibition and Conference (ISPEC) itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X memperoleh penghargaan Inisiator Kebijakan di Bidang Pembangunan Maritim.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sultan HB X: Wawasan Nusantara Bahari perlu direvitalisasi
"Guna mempercepat kebangkitan Indonesia melalui gagasan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, upaya revitalisasi semangat Wawasan Nusantara Bahari diperlukan," ujar Sri Sultan melalui keterangan resmi Pemda DIY di Yogyakarta, Minggu.
Saat berorasi dalam gelaran Maritime Awards 2022-2023 yang digelar di Batavia Marina Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (10/2), Sultan juga menekankan bahwa pemahaman tentang geopolitik dan geostrategi pun harus dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Indonesia, kata dia, patut menaruh perhatian dengan posisinya yang memangku Samudera Hindia, khususnya eksistensi Jalur Sutra Maritim dimana pada masa perang dingin Samudera Hindia tidak pernah menjadi daya tarik kepentingan ekonomi dan politik bagi negara-negara tertentu, terutama Amerika, Jepang, China, dan negara-negara Eropa.
Menurut dia, konstelasi mulai berubah pada awal 2000-an, ketika konflik perairan China Selatan mengemuka yang menyebabkan Samudera Hindia muncul ke permukaan sebagai wilayah ekonomi dan politik yang sangat penting.
Merujuk pada berbagai fenomena maritim tersebut, menurut Sultan, tak berlebihan apabila Bangsa Indonesia memang harus menggali, mengkaji serta merevitalisasi kembali semangat Nusantara.
Para penghuni yang berada di dalam Nusantara, ujar Sultan, harus memiliki Wawasan Nusantara, sekaligus Wawasan Bahari, atau lebih tepatnya Wawasan Nusantara Bahari.
"Dalam upaya Revitalisasi Semangat Nusantara, maka konsekuensi lanjutannya adalah, bangsa Indonesia harus memiliki pemahaman tentang geopolitik dan geostrategi," jelas Sri Sultan.
Ia mengatakan pemahaman geopolitik dan geostrategi dimaksudkan untuk menggugah wawasan, dalam usaha mengeksplorasi jati diri bangsa.
Pemahaman geopolitik dan geostrategi tersebut, menurut dia, dapat diderivasi dari Wawasan Nusantara, diaktualisasikan dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika, dan untuk ditempatkan dalam konteks percaturan global dan pergeseran geopolitik internasional.
Sultan mengatakan semangat dan keterampilan bahari yang pernah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia perlu digali dan dikembangkan kembali di kalangan generasi muda agar bangsa Indonesia mampu menjadi tuan di negeri sendiri.
"Perlu disiapkan generasi muda Indonesia, yang sanggup mengambil tanggung jawab masa depan, berkeyakinan diri, dan memiliki wawasan kebaharian yang mendalam, serta didukung oleh keterampilan bahari yang memadai," kata dia.
Lebih lanjut, Sultan mengutarakan di tengah upaya menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, teriring pula kewajiban nasional untuk memperkuat integrasi bangsa melalui strategi nasional aktualisasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Karena itu, sekalipun bangsa Indonesia adalah masyarakat yang bhineka atau berbeda-beda, menurut dia, harus selalu diingatkan bahwa seluruhnya adalah satu, dan sudah seharusnya menjadikan keberagaman sebagai faktor perekat integrasi bangsa, melalui upaya-upaya proaktif dan partisipatif.
"Memenuhi tantangan tersebut, tentu menjadi relevan, apabila kita melakukan flashback atas upaya peneguhan Wawasan Nusantara Bahari, yang telah dilontarkan dalam Deklarasi Djuanda tahun 1957," ujar dia.
Ia mengatakan Wawasan Nusantara Bahari yang didesain sebagai simbol pemersatu bangsa tetap harus diperjuangkan, meski nasib dari konsep itu dinilai belum mengalami kemajuan berarti.
Menurut Sultan, nilai ekonomis, strategis, bahkan simbolis dari batas wilayah laut, belum pernah dikembangkan secara sungguh-sungguh.
Diplomasi maritim dan diplomasi ekonomi, kata dia, merupakan bagian penting dari kebijakan luar negeri Indonesia yang amat strategis terutama jika diperankan dalam pergeseran konstelasi geopolitik internasional masa kini.
Menurut Sultan, alasan utama diplomasi maritim dinilai bernilai tinggi yakni manfaat wilayah maritim terhadap pembangunan ekonomi, serta urgensi pembaruan konsep geopolitik dalam Wawasan Nusantara yang juga tidak dapat dilepaskan dari nilai simbolis wilayah maritim.
"Hakikat geopolitik dan geostrategis Indonesia sebagai negara kepulauan perlu benar-benar dipahami, agar NKRI tidak mudah diintervensi dan diinfiltrasi oleh kekuatan tertentu, baik dari dalam maupun luar," kata dia.
Dalam Maritime Award 2022-2023 yang digelar International Sea Port Exhibition and Conference (ISPEC) itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X memperoleh penghargaan Inisiator Kebijakan di Bidang Pembangunan Maritim.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sultan HB X: Wawasan Nusantara Bahari perlu direvitalisasi