Permintaan properti tak terpengaruh kenaikan suku bunga BI

id Properti,Suku Bunga ,BI,bisnis properti

Permintaan properti tak terpengaruh kenaikan suku bunga BI

Riset dari perusahaan teknologi real estat, 99 Group Indonesia, menyatakan bahwa saat ini kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di angka 6 persen tercatat belum berpengaruh terhadap tren permintaan properti, Jakarta, Kamis (30/11/2023). ANTARA/Bayu Saputra

Jakarta (ANTARA) - Riset dari perusahaan teknologi real estat, 99 Group Indonesia, menyatakan bahwa saat ini kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di angka 6 persen tercatat belum berpengaruh terhadap tren permintaan properti di Indonesia.

“Saat ini, kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia belum berpengaruh terhadap tren yang tercatat pada platform kami di Rumah123.com dan 99.co Indonesia,” kata Senior Vice President Marketing 99 Group Indonesia Bharat Buxani, di Jakarta, Kamis.

Namun ke depannya, Bharat mewanti-wanti bahwa dampak suku bunga BI terhadap properti perlu untuk menjadi perhatian bersama. Pasalnya, sebagian besar pembelian properti oleh masyarakat cenderung menggunakan cara bayar Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).

Kenaikan suku bunga disinyalir membawa sejumlah dampak yang perlu ditangani bersama. Apabila perbankan di Indonesia meningkatkan suku bunga KPR, maka akan mempengaruhi permintaan karena biaya pembelian dan cicilan properti cenderung lebih tinggi. Bagi pengembang, naiknya suku bunga pinjaman dari bank akan meningkatkan biaya pengembangan dan mempengaruhi harga rumah.

Bharat memaparkan, berdasarkan data historis pergerakan suku bunga acuan dan pertumbuhan KPR/KPA memperlihatkan adanya korelasi satu sama lain. Ada kecenderungan lonjakan pertumbuhan pemberian KPR/KPA secara tahunan year-on-year (yoy) pada saat suku bunga acuan turun.

Pada tahun 2012, ketika suku bunga acuan turun dari 6,75 persen pada September 2011 menjadi 5,75 persen di tahun 2012, pertumbuhan KPA/KPR secara tahunan melonjak dengan capaian tertinggi di bulan Juni (42,1 persen) dan Juli (44,1 persen).

Sampai tahun 2015, pertumbuhan pinjaman terus berada di bawah level tahun 2011-2012, di kisaran 7,2 - 12,9 persen. Setelahnya, pertumbuhan pinjaman cenderung berada di level satu digit, dibandingkan tahun 2010-2014 yang berada di level dua digit.

Saat pemerintah kembali menurunkan suku bunga acuan di tahun 2017 ke +4 persen, perlahan pertumbuhan pinjaman meningkat kembali pada level dua digit.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Riset: Kenaikan suku bunga BI belum pengaruhi tren permintaan properti