Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menyampaikan bahwa pajak kripto telah terkumpul Rp112 miliar sejak awal 2024.
Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo merinci, dari Rp112 miliar tersebut, Rp51 miliar merupakan pajak penghasilan (PPh), dan Rp59 miliar merupakan pajak pertambahan nilai (PPN).
“Pada 2024, untuk transaksi kripto terkumpul pajak Rp112 miliar PPh dan PPN. PPH ada di angka Rp52 miliar sedangkan PPN nya Rp59 miliar, khusus untuk di atas transaksi kripto,” kata Suryo saat konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat.
Sebagai informasi, pemerintah resmi menetapkan pajak untuk aset kripto melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia Nomor 68/PMK.03/2022 yang berlaku sejak 1 Mei 2022.
PMK tersebut mengatur tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) atas transaksi perdagangan aset kripto. PPh untuk penjual aset kripto tercatat sebesar 0,1 persen dari nilai transaksi, dan PPN yang dikenakan sebesar 0,11 persen dari nilai transaksi.
Sementara itu, bagi yang belum terdaftar di Bappebti, pungutan pajaknya lebih tinggi yakni PPh 0,2 persen dan PPN sebesar 0,22 persen.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: DJP sebut pajak kripto telah terkumpul Rp112 miliar tahun ini
Berita Lainnya
Indonesia butuhkan SDM profesional perdagangan berjangka komoditi
Senin, 29 Juli 2024 7:00 Wib
Bappebti: "Whitelist" mendukung pengembangan industri kripto
Sabtu, 29 Juni 2024 19:33 Wib
Generasi muda, dominasi investor kripto RI
Minggu, 16 Juni 2024 15:03 Wib
Tokocrypto pembatar pajak kripto terbesar di Indonesia
Rabu, 12 Juni 2024 5:49 Wib
Investor kripto di Indonesia tembus 20,16 juta orang
Rabu, 29 Mei 2024 5:20 Wib
Bittime segera rilis token Palapa
Sabtu, 6 April 2024 21:22 Wib
Tren positif pasar kripto berlanjut di Indonesia
Kamis, 21 Maret 2024 19:39 Wib
Bappebti: Investor kripto hati-hati menjelang Halving Bitcoin
Jumat, 15 Maret 2024 2:20 Wib