Yogyakarta (ANTARA) - Tjokrosuharto yang berdiri sejak 1930 dan menjual produk pernak-pernik seni dan budaya Jawa menjadi salah satu legenda gerai arts and crafts di Yogyakarta.
Tjokrosuharto yang terletak di Jalan Panembahan, Kraton, Yogyakarta, masuk kawasan Wijilan yang terkenal dengan kuliner gudeg, kini dijalankan dan dikelola oleh generasi ketiga, Rifki Kusumo Harimawan.
"Saya ini generasi ketiga sejak 1993. Orang tua saya sebelumnya mengelola dari tahun 1986. Dan, eyang saya merintis dari tahun 1930," kata Rifki yang ditemui di gerai Tjokrosuharto Arts and Crafts, Kamis (8/8).
Rifki punya tanggung jawab berat melanjutkan Tjokrosuharto. Bukan sekadar dapat tumbuh dan berkembang, namun diharapkan mampu melestarikan nilai-nilai seni dan budaya Jawa, seperti yang dicita-citakan generasi sebelumnya.
Hal ini cukup beralasan, karena ribuan produk yang dijual di Tjokrosuharto adalah pernak-pernik seni dan budaya Jawa, seperti perlengkapan penrnikahan, labuhan, suronan, dan lainnya.
Rifki mengatakan, ada sembilan komoditas unggulan Tjokrosuharto yang hingga masih dipertahankan, di antaranya kerajinan perak dan logam serta batik tulis. Kerajinan perak dan batik ini adalah cikal bakal Tjokrosuharto berdiri.
"Eyang kakung saya dulu adalah perajin perak, tinggalnya di Kotagede. Nah, eyang putri saya ini membuat batik, yang dulunya adalah abdi dalem, jadi pemegang payung di masa Sri Sultan HB VIII. Kemudian membuat workshopnya di Panembahan ini," ujar Rifki.
Komoditas lainnya yang dijual adalah keris dan pusaka, pakaian Jawa, baju upacara adat, wayang kulit, gamelan, kerajinan kayu dan tanduk.
Adapun koleksi keris, Tjokrosuharto menjual keris dengan kategori sepuh, duplikat, dan aksesoris. Keris sepuh dijual lebih mahal karena termasuk koleksi zaman kerajaan seperti Mataram, Majapahit, dan lainnya. Selain ditempa oleh empu-empu pusaka, keris sepuh memiliki tangguh, dapur, dan pamor yang hanya bisa dijumpai zaman kerajaan.
"Eyang dulu suka koleksi keris. Zaman dulu, keris itu dijual besekan. Koleksi keris dan pusaka milik eyang kami simpan terpisah di tempat lain, namun tidak dijual," kata Rifki.
Harga keris sangat bervariasi. Paling murah keris aksesoris, hanya seratusan ribu rupiah. Keris duplikat lebih mahal bisa mencapai satu jutaan lebih. Keris sepuh yang masih utuh dan terawat bisa lebih dari Rp5 juta.
Tjokrosuharto juga identik dengan batik tulisnya. Meski juga menjual batik printing, namun batik tulis Tjokrosuharto memiliki pelanggan dari artis, menteri hingga mantan presiden. "Pak SBY pernah beli, Bu Menteri Retno Marsudi dan beberapa artis juga. Saya menunggu Pak Prabowo bisa rawuh," ungkap Rifki pernuh harap.
Menurut dia, melestarikan batik tulis agar tidak punah salah satunya dengan membeli dan mengenakannya dalam kegiatan sehari-hari. Apa yang dilakukan tokoh publik dengan berkunjung ke Tjokrosuharto maupun gerai-gerai lainnya adalah untuk merawat kelangsungan hidup perajin batik tulis, dan mereka yang memasarkannya.
Selama ini, komoditas Tjokrosuharto tidak hanya dikirim ke pasar domestik, tetapi juga merambah pasar mancanegara seiring dengan pemasaran yang dilakukan secara digital.
Hasil kerajinan Tjokrosuharto juga sudah diekspor ke sejumlah negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Di pasar mancanegara tersebut batik tulis, pakaian upacara adat, dan pakaian tarian adat paling banyak dipesan konsumen.
Pesanan online tersebut dikirim melalui jasa ekspedisi. Sejak tahun 2009, Tjokrosuharto memilih JNE sebagai mitra pengiriman karena memiliki banyak keunggulan dibanding ekspedisi lainnya. JNE, lanjut Rifki, mempunyai respons kilat menanggapi permintaan pelanggan, serta memberikan solusi jika konsumen mengalami kendala.
"Ada layanan pick up, konsumen butuh dikirim cepat, hari ini atau besok harus sampai, bisa dipenuhi oleh JNE. Ketepatan sampai tujuan dengan baik, handling bagus," ujar Rifki yang mengakui lonjakan kiriman terjadi pada saat pandemi COVID-19. Penjualan mayoritas berasal dari online.
Sebagai customer corporate, Tjokrosuharto menjadi salah satu pelanggan setia JNE. Komoditas Tjokrosuharto bisa dikemas dengan baik sesuai permintaan konsumen, entah itu keris, batik, hingga gebyok yang memiliki ukuran jumbo.
Berita Lainnya
PDIP Yogyakarta dukung DPP terkait pemecatan Jokowi, Gibran, dan Bobby
Kamis, 19 Desember 2024 5:29 Wib
Mensos apresiasi Pemkab Sleman tangani permasalahan sosial
Rabu, 18 Desember 2024 18:55 Wib
Konsolidasi Gerindra DIY, siapkan pondasi kemenangan 2029
Rabu, 18 Desember 2024 17:59 Wib
Haedar: Wacana pemilihan kepala daerah oleh DPRD dikaji multi aspek
Rabu, 18 Desember 2024 15:39 Wib
Menteri Nusron segera temui Sri Sultan bicarakan hak tanah di Yogyakarta
Rabu, 18 Desember 2024 13:08 Wib
Dishub Yogyakarta mulai periksa kelaikan bus menjelang Natal-tahun baru
Rabu, 18 Desember 2024 5:55 Wib
Ohana Yogyakarta tingkatkan kesadaran masyarakat terkait isu disabilitas
Selasa, 17 Desember 2024 18:44 Wib
Perkuat implementasi ESG, BSI kembangkan ekonomi dan tanam pohon di Desa Semoyo Yogyakarta
Selasa, 17 Desember 2024 16:49 Wib