Indonesia U-20 terpuruk, waktunya bangkit

id piala asia u-20,timnas indonesia u-20,indra sjafri,yaman u-20

Indonesia U-20 terpuruk, waktunya bangkit

Pemain timnas U-20 Indonesia saat berlatih di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (5/2/2025). Latihan ini sebagai persiapan Indonesia menuju Piala Asia U-20 2025 di China pada 12 Februari sampai 1 Maret.(ANTARA FOTO/Fauzan

Jakarta (ANTARA) - Timnas Indonesia U-20 dipastikan tidak lolos dari fase grup Piala Asia U-20 setelah menelan dua kekalahan berturut-turut di Grup C. Anak asuh Indra Sjafri tumbang 0-3 di laga pembuka melawan Iran, lalu kembali kalah 1-3 dari Uzbekistan yang berstatus juara bertahan.

Dua kekalahan ini membuat Indonesia terpuruk di posisi ketiga grup tanpa satu pun poin dan selisih gol minus tujuh. Dengan demikian, perjalanan Garuda Nusantara di ajang ini telah berakhir lebih cepat.

Namun, masih ada satu pertandingan tersisa yang bisa dimanfaatkan untuk menyelamatkan harga diri. Pada Rabu (19/2), Indonesia akan menghadapi Yaman, tim yang saat ini menempati dasar klasemen dengan selisih gol lebih buruk dari Indonesia. Jika mampu meraih kemenangan, skuad Garuda setidaknya akan finis di peringkat ketiga, seperti yang terjadi pada edisi 2023 lalu.

Rekor Pertemuan: Indonesia vs Yaman
Indonesia dan Yaman sebelumnya hanya sekali bertemu di ajang resmi, yaitu saat kualifikasi Piala Asia U-20 2025. Kedua tim berada dalam satu grup dan sama-sama lolos ke putaran final setelah mengoleksi tujuh poin dari tiga laga.

Pada pertemuan terakhir di babak kualifikasi, Indonesia bermain imbang 1-1 dengan Yaman. Jens Raven sempat membawa Garuda unggul di menit 45+1, namun Yaman menyamakan kedudukan hanya dua menit berselang melalui gol Abdulrahman Al-Khadher Abdulnabi. Hasil ini menjadi gambaran bahwa laga nanti tidak akan mudah bagi Indonesia.

Lemah di Umpan Silang, Indra Sjafri Harus Segera Berbenah
Dari enam gol yang bersarang ke gawang Indonesia di Piala Asia U-20 2025, lima di antaranya terjadi akibat kegagalan mengantisipasi umpan silang atau tendangan sudut. Masalah ini sudah diakui oleh pelatih Indra Sjafri setelah laga melawan Iran.

Postur pemain Indonesia yang kalah tinggi dibanding lawan memang menjadi tantangan, terutama menghadapi tim-tim Timur Tengah. Namun, ini bukan alasan mutlak untuk terus kebobolan dengan cara yang sama. Di level senior, misalnya, ada Calvin Verdonk yang meskipun memiliki tinggi 174 cm, tetap bisa memenangkan duel udara berkat teknik dan positioning yang baik.

Jika duel udara sulit dimenangkan, alternatif lain harus diterapkan. Pemain bertahan harus melakukan penjagaan lebih ketat terhadap lawan agar mereka tidak leluasa menyundul bola. Sebab, selain kalah di udara, pertahanan Indonesia juga terlihat longgar, seperti yang terlihat saat gol kedua Iran terjadi—Esmaeil Gholizadeh dibiarkan memiliki cukup ruang untuk melepaskan tendangan akrobatik.

Mentalitas Jadi Kunci: Waktunya Buang Rasa Minder!
Selain masalah teknis, mental para pemain juga perlu mendapat perhatian. Di dua laga sebelumnya, terlihat bahwa Dony Tri Pamungkas dan kawan-kawan bermain dalam tekanan dan kurang percaya diri. Padahal, mereka telah menjalani pemusatan latihan serta serangkaian uji coba di luar negeri.

Ketidakleluasaan dalam bermain ini berdampak pada buruknya aliran bola serta transisi antara bertahan dan menyerang. Alhasil, lawan seperti Iran dan Uzbekistan mampu menguasai permainan, sementara Indonesia kesulitan menembus pertahanan mereka.

Sekarang, Garuda Nusantara harus melupakan semua rasa minder dan ketakutan. Laga terakhir ini menjadi kesempatan untuk menutup perjalanan di Piala Asia U-20 dengan kepala tegak. Stadion Shenzhen Youth Football Training Base Centre harus menjadi saksi kebangkitan Indonesia, setidaknya dengan meraih tiga poin untuk mengembalikan marwah sepak bola Tanah Air.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pratinjau Piala Asia U-20: Incar kemenangan demi harga diri Garuda

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025