Sleman (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyusun rencana induk pengembangan pariwisata trail of industrialisation untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut.
Kepala Bidang Pemasaran Dispar Sleman Kus Endarto di Sleman, Selasa, mengatakan, pengembangan pariwisata berbasis trail of industrialisation dibagi dalam tiga wilayah, yaitu Sleman Timur, Barat, dan Utara.
"Di tiap wilayah ini, ada kapanewon/kecamatan yang akan menjadi tumpuan pengembangan pariwisata. Pengembangan wilayah ini untuk menjawab adanya exit toll dan peninggalan sejarah yang ada di wilayah Sleman," kata kus Endarto.
Ia mengatakan, konsep trail of industrialisation berporos pada peninggalan sejarah yang merekam perkembangan industri di Sleman. Dispar akan menghubungkan dan membuat narasi di tiap jejak peninggalan yang ada.
Di sisi timur, kapanewon yang masuk dalam segitiga pariwisata adalah Kalasan, Prambanan, dan Berbah. Tiga kapanewon ini akan menyokong pariwisata sekitarnya. Prambanan yang berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang memiliki potensi untuk dieksplorasi. Adapun Berbah berbatasan dengan Bantul dan Kalasan berdekatan dengan perkotaan Depok.
Di sisi barat, kapanewon yang masuk dalam segitiga pariwisata adalah Tempel, Seyegan, dan Minggir. Tempel berbatasan berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Minggir berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo dan Seyegan berdekatan dnegan perkotaan Sleman.
Gamping dan Godean akan ikut mendukung pengembangan pariwisata di segitiga sisi barat.
Sementara, sisi utara hanya mencakup Kapanewon Cangkringan dan Pakem yang dimulai dari Museum Gunung Merapi ke atas. Di tiga wilayah yang Kus sampaikan tersebut akan dikembangkan dengan teman yang berbeda-beda.
Pengembangan sisi timur akan menjelajahi candi. Sisi timur akan menjelajahi potensi pertanian termasuk irigasi Van Der Wick. Sisi utara akan kental dengan narasi sejarah, seperti sejarah komisi tiga negara (KTN) 1948.
"Selain itu, tiga pembagian wilayah ini, juga didasari adanya exit tol di wilayah tersebut. Artinya, dampak positif exit toll ada pengembangan wilayah berbasis potensi lokal," katanya.
Kepala Dispar Sleman Ishadi Zayid, mengatakan, pengembangan pariwisata di Sleman ke depan bertumpu pada community based tourism yang dapat dilihat melalui keberadaan desa wisata. Desa wisata dapat menjadi tawaran atau siasat agar wisatawan mau berkunjung di Sleman.
“Exit tol yang ada di sisi timur dan barat Sleman bisa menjadi ancaman selain juga peluang. Orang bisa sekadar melintas saja,” kata Ishadi.