Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berkomitmen menciptakan pendidikan berkualitas yang dapat menumbuhkan literasi lintas budaya dan agama agar kaum muda dapat melihat perbedaan sebagai anugerah.
“Dengan lebih dari 17.000 pulau, ratusan kelompok etnis, dan beragam agama, kita telah lama menyadari bahwa perdamaian tidak diberikan begitu saja. Perdamaian harus dipupuk melalui pendidikan, nilai-nilai, dan dialog,” ujar Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan hal tersebut saat memberikan sambutan pembukaan acara Pertemuan Regional tentang Pendidikan untuk Perdamaian Berkelanjutan di Asia Tenggara dengan tema "Melawan ujaran kebencian dan mencegah konflik menuju masyarakat yang lebih damai melalui pendidikan" di Jakarta.
Ia mengatakan bahwa pihak kementerian sudah memperkenalkan beberapa kebijakan dan program utama yang mencerminkan komitmen tersebut, yakni melaksanakan program Wajib Belajar 13 Tahun untuk menjamin setiap anak Indonesia dari usia dini hingga sekolah menengah atas mendapatkan akses pendidikan yang inklusif dan berkualitas.
Kementerian juga telah menurunkan hambatan administrasi agar warga negara asing yang tidak terdaftar, seperti pengungsi, dapat memenuhi hak pendidikan mereka di Indonesia.
Selain itu, program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat sebagai inisiatif menanamkan nilai-nilai, seperti kejujuran, disiplin, empati, kreativitas, dan kolaborasi ke dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
Program tersebut bertujuan mempersiapkan anak-anak menjadi pembelajar yang unggul sekaligus warga negara yang bertanggung jawab.
Selaini tu, program tentang penguatan karakter dan kewarganegaraan melalui reformasi kurikulum yang mengintegrasikan perdamaian, toleransi, dan literasi digital kritis ke dalam kurikulum.
Ia menjelaskan kurikulum itu mencakup modul praktis terkait dengan kecerdasan dan pengodean (coding), sehingga para siswa tidak hanya sadar teknologi tetapi juga sadar etika dalam menggunakan teknologi guna membangun perdamaian.
Selain itu, program tentang penguatan konseling dan bimbingan di sekolah untuk memperkuat peran sekolah, konselor, dan guru dalam memberikan dukungan psikologis, mencegah perundungan, dan menumbuhkan ketahanan siswa, serta memastikan setiap sekolah menjadi ruang yang aman dan damai untuk berkembang.
Ia menekankan pendidikan merupakan rekayasa sosial dan kontrak sosial untuk membina generasi yang damai dengan pikiran dan perbuatan yang damai.
Dia menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya sarana mempelajari fakta, tetapi juga proses pembentukan warga negara yang berempati, kritis, dan bertanggung jawab. Ketiga hal itu menjadi fondasi perdamaian berkelanjutan dan pembangunan manusia.
“Mari kita ingatkan bahwa ketika anak-anak belajar, kita tidak hanya membangun sumber daya manusia, tetapi juga membangun pilar-pilar perdamaian,” kata Abdul Mu’ti.
Pertemuan regional diselenggarakan Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) Jakarta tersebut, mengkaji kontribusi prospektif pendidikan dalam mengetahui akar penyebab konflik, melawan ujaran kebencian dan segala bentuk diskriminasi, serta mendorong rekonsiliasi guna memajukan agenda perdamaian berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemendikdasmen berkomitmen wujudkan pendidikan lintas budaya dan agama
