Jogja (ANTARA Jogja) - Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berkebangsaan Mesir, Mahmud Hamzawi Fahim Usman meraih gelar doktor politik Islam, setelah dinyatakan lulus dalam uji disertasi di universitas itu, Kamis.
Mahmud yang dipromotori Tulus Warsito dan Sidik Jatmika itu berhasil mempertahankan disertasinya berjudul "Kebijakan Rezim Otoriter Terhadap Islam Politik (Studi Kasus Rezim Soeharto dan Anwar Sadat)" di depan tim penguji yang terdiri atas Achmad Nurmandi, Amien Rais, Bambang Cipto, dan Syamsul Anwar.
Mahmud mengatakan ada kesamaan yang signifikan dalam kebijakan terhadap Islam politik yang dilakukan Soeharto pada masa Orde Baru dengan rezim Presiden ke-3 Mesir, Anwar Sadat. Kedua pemimpin di masing-masing negara itu sama-sama mengintensifkan kebijakan subjugasi dengan dua modus, yakni kekerasan dan peminggiran serta modus propaganda dan politik citra.
Misalnya, keduanya melakukan kecurangan pemilu dengan manipulasi dan intimidasi. Keduanya juga melakukan propaganda budaya politik bahwa negara akan dalam bahaya jika kelompok Islam politik atau komunis mengambil kekuasaan.
Menurut dia, keduanya juga sama-sama melakukan upaya akomodasi untuk mengatasi krisis kekurangan dukungan elit politik partai yang berkuasa.
Soeharto melakukannya dengan menambah jumlah aktivis Islam di pemerintah dan memberi amnesti kepada tahanan aktivis Islam. Begitu juga Anwar Sadat, rezimnya membebaskan tahanan Islam politik dari Ikhwanul Muslimin dan kelompok radikal lainnya pada 1972.
"Hal itu dalam rangka memperoleh dukungan politik dari kelompok-kelompok tersebut," kata Mahmud yang masuk Program Doktor Politik Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada 2009.
Namun demikian, kata dia, terdapat perbedaan yang juga cukup signifikan pada reaksi masyarakat Islam politik menjelang akhir kedua rezim akibat kebijakan yang diambil.
Soeharto yang hanya mengakomodasi aktivisme Islam moderat yang bersifat substansivistik, membuat rezimnya menghadapi transformasi corak-corak legal-formalistik menjadi substansivistik.
"Sementara ruang kebebasan yang diberikan Anwar Sadat kepada kelompok Islam mengakibatkan munculnya reaksi tidak hanya berbentuk garis moderat, tetapi juga garis keras," katanya.
Sebelum menempuh Program Doktor Politik Islam di UMY, Mahmud juga memperoleh gelar Magister Psikologi Pendidikan Islam di Pascasarjana UMY pada 2009, dan gelar Sarjana Studi Islam di Universitas Al-Azhar Mesir pada 1999. (B015)
Mahasiswa Mesir raih doktor di UMY
Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
