UNY manfaatkan sabut kelapa untuk pembuatan sandal

id mahasiswa UNY sabut

UNY manfaatkan sabut kelapa untuk pembuatan sandal

sabut kelapa (ilustrasi/carifunder.blogspot)

 Jogja (ANTARA Jogja) - Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta memanfaatkan sabut kelapa untuk bahan pembuatan sandal yang unik dan memiliki nilai jual.

"Kami menggunakan sabut kelapa sebagai bahan pembuatan sandal karena memiliki kelebihan antirayap, tahan terhadap jamur dan pembusukan," kata salah seorang mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Hidayatun Nikmah di Yogyakarta, Minggu.

Selain itu, menurut dia, sabut kelapa juga tahan lebih lama dibandingkan dengan rami, 100 persen "bio-degradable", dan ramah lingkungan.

"Kami mengolah sabut kelapa menjadi sandal karena sebagai kota pelajar dan kota tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia, Yogyakarta memiliki peluang untuk berkembangnya usaha-usaha pembuatan barang pakai yang bernilai seni seperti sandal sabut kelapa," katanya.

Ia mengatakan, tahap pembuatan sandal sabut kelapa terbagi menjadi dua tahap, yaitu proses pembuatan bagian atasan (upper) dan bagian bawahan (bottom).

"Langkah pertama adalah membuat desain sandal kemudian dipolakan pada kertas dan dipindahkan pada selembar `coco fiber` dengan menggunakan tinta kemudian dipotong menggunakan `cutter`," katanya.

Menurut dia, kain pelapis dipasang pada bagian bawah "upper part" untuk menambah kenyamanan ketika dipakai, sedangkan bagian bawah dilapisi busa agar lebih tebal dan tahan lama menggunakan lem.

Tahap berikutnya adalah penjahitan agar tidak ada serat yang lepas ketika dipakai. Pada tepi juga dilapisi kain agar jahitan menjadi lebih rapi.

Selanjutnya menggabungkan "upper" dan "bottom part" dengan memasukkan ujung-ujung "upper part" ke sela lapisan "bottom part". Tahap terakhir adalah "finishing" berupa pembersihan sisa-sisa lem yang menempel pada bagian "upper" dengan menggunakan karet "kraft", membersihkan sisa-sisa benang dan menempelkan aksesoris.

Mahasiswa lainnya Malik Abdul Azis mengatakan, Indonesia sebagai negara tropis memiliki perkebunan kelapa terluas di dunia, yakni 3,712 juta hektare yang tersebar di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.

"Hampir semua bagian buah dan pohon kelapa bisa dimanfaatkan, mulai dari buah, batang, daun, tempurung, bahkan sabutnya. Namun, saat ini untuk produksi sabut kelapa, Indonesia masih kalah dari India dan Filipina," katanya.

Menurut dia, efisiensi produksi sabut India mencapai 50 persen lebih, sedangkan Indonesia baru sekitar 10 persen. Selama ini sabut kelapa kurang dimanfaatkan oleh masyarakat, selain dipadu dengan kayu dan digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak.

"Secara tradisional serat sabut kelapa sudah dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, `keset`, tali, dan alat-alat rumah tangga lain," katanya.

Ia mengatakan, beberapa tahun terakhir permintaan sabut kelapa cukup tinggi karena diciptakannya "coco fiber" sebagai salah satu produk berbahan sabut kelapa yang berasal dari proses pemisahan serat dari bagian kulit buah.

"Dengan asumsi rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan," katanya.

(B015)