Ketersediaan air di sungai berhulu Merapi turun drastis

id sungai kering

Ketersediaan air di sungai berhulu Merapi turun drastis

Ilustrasi debit air sungai berkurang (foto wa2010.ee.itb.ac.id)

Sleman (ANTARA Jogja) - Ketersediaan air di sejumlah sungai berhulu Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai menurun drastis memasuki musim kemarau ini sehingga mempengaruhi pasokan untuk sektor pertanian.

"Berdasarkan pengamatan lapangan, ketersediaan air di sungai berhulu Gunung Merapi seperti Sungai Krasak, Boyong, Kuning dan Opak mengalami penurunan yang drastis," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman Widi Sutikno, Selasa.

Menurut dia, kondisi hampir semua bendung yang ada di sungai-sungai tersebut sudah tidak ada air limpasnya, atau air yang lewat sungai sudah masuk ke saluran irigasi dan tidak ada yang tertampung di bendungan.

"Hal ini dipengaruhi kondisi vegetasi di lereng Gunung Merapi yang terbakar saat erupsi 2010 sehingga mengurangi resapan airnya. Fungsi hutan sebagai kawasan resapan air saat ini bisa dikatakan tidak berfungsi lagi," katanya.

Ia mengatakan, kondisi air yang saat ini masih stabil adalah saluran Selokan Mataram yang berhulu pada Sungai Progo dengan debit air yang masuk pada pintu intake sekitar 14,8 meter kubik per detik sehingga pasokan air untuk selokan Van Der Wicjk masih dalam kondisi normal yaitu 30 persennya atau sekitar 4,2 meter kubik per detik.

Debit Umbul Wadon di lereng Merapi dan keseluruhan mata air yang ada di Kabupaten Sleman masih stabil, tetapi kondisi tanah mulai mengering.

"Lantaran curah hujan sebagai sumber pasokan utama mulai menurun sehingga lengas tanah dan kelembaban nisbi udara sangat rendah," katanya.

Widi mengatakan, ketersediaan pasokan air dari Selokan Mataram inilah yang saat ini diandalkan untuk menambah debit sungai-sungai yang dilewati Selokan Mataram mulai dari Sungai Mlinting hingga Opak.

"Menyikapi kondisi ketersediaan air irigasi yang sudah berkurang dan cuaca panas yang tinggi, disarankan kepada petani untuk beralih pada tanaman palawija seperti jagung dan kacang-kacangan yang pemakaian airnya cenderung sedikit," katanya.

Bagi pembudi daya ikan, diharapkan dapat mengkondisikan diri untuk hemat air dan jika perlu saat ini dikeringkan untuk mengistirahatkan tanah.

"Ini juga sebagai antisipasi agar tidak terjadi kegagalan panen akibat keterbatasan air," katanya.(V001)



Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.