Indonesia hadiri konferensi demensia-alzheimer di Kanada

id indonesia hadiri konferensi

Indonesia hadiri konferensi demensia-alzheimer di Kanada

Ilustrasi penderita demensia-alzheimer (Foto fianzoner.blogspot.com)

Jakarta (ANTARA Jogja) - Salah satu ahli penyakit syaraf Indonesia dr Andreas Harry, SpS (K), menghadiri kongres antarbangsa penyakit demensia-alzheimer 2012 yang berlangsung di Vancouver, Kanada.

"Salah satu topik hangat yang menjadi bahasan utama dan kongres tersebut adalah pathogenesis (penyakit itu) dan bagaimana mencegahnya," katanya saat menghubungi ANTARA di Jakarta, Minggu dini hari, sesaat sebelum terbang ke Kanada.

Ia menjelaskan, kongres dunia tentang penyakit tersebut pada 2011 yang digagas Asosiasi Alzheimer (AAICAD) itu, diselenggarakan di Paris, Prancis, dan diikuti para peneliti dunia mengenai penyakit ini.

Menurut dia, pada kegiatan tahun 2012 dirinya sebagai anggota dari "international advance research" asosiasi, yang datang bersama dr Tika Santosa, kembali diundang untuk hadir guna melihat perkembangan riset terbaru penyakit alzheimer, riwayatnya, klasifikasinya, maupun obat-obatan yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

Dalam laman asosiasi alzheimer Indonesia http://asosiasialzheimerindonesia.wordpress.com, yang merujuk buku "Mengenal Awal Pikun Alzheimer" yang ditulis Prof Dr Sidiarto Kusumoputro Sp.S(K) dan dr Lily Djokosetio Sidiarto Sp.S(K) disebutkan bahwa penyakit demensia atau kepikunan telah membebani masyarakat dengan sejumlah 90 miliar dolar AS setiap tahunnya.

Penulisa mengatakan bahwa alzheimer termasuk yang paling utama dari kelompok demensia ini.

Orang yang terkena penyakit alzheimer mula-mula mengalami gangguan daya ingat dan akhirnya menjadi pikun secara progresif. Kebanyakan penyakit alzheimer memang menimpa para lanjut usia.

Pada 2008, Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI) dr Samino, SpS (K) juga menyebutkan bahwa mereka yang rentan terserang kepikunan alzheimer ini adalah para lanjut usia di atas 60 tahun, tetapi orang dewasa muda juga tidak tertutup kemungkinan bila memiliki faktor risiko keturunan.

Bahkan menurut Samino, penderita demensia alzheimer berusia 40 tahun pernah ditemukan di Indonesia.

Pakar penyakit syaraf Indonesia Prof Mohammad Hasan Machfoed, SpS (K) pada Konferensi ASEAN Neurological Association (ASNA) 2011 di Bali mengemukakan bahwa penyakit demensia (kepikunan) menyebabkan menurunnya dua kemampuan sekaligus yakni memori dan intelektual manusia.

Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu menjelaskan bahwa semua penyakit itu akan memengaruhi baik sumber daya manusia, produktivitas, maupun efektivitasnya.

"Jadi, kalau ditanya penyakit apapun namanya, apapun penyebabnya, itu akan menurunkan kemampuan sumber daya manusia termasuk demensia," kata Mohammad Hasan Machfoed yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (Perdossi) itu.

Andreas Harry berharap keikutsertaannya dalam kongres itu akan dapat menggali banyak perkembangan penelitian terbaru mengenai demensia-alzheimer guna dapat dikaji di Indonesia untuk pencegahan.

"Karena banyak pakar dan peneliti yang hadir, tentu akan banyak perkembangan baru mengenai penyakit itu dan bagaimana menanganinya," kata dosen pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara (Untar) Jakarta itu.

(A035)


Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.