Gunung Kidul (ANTARA Jogja) - Sungai di bawah tanah di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang airnya melimpah, belum dimanfaatkan optimal karena belum dikuasainya teknologi dan modal.
"Ketersediaan air di Gunung Kidul yang ada di bawah tanah itu, lebih dari cukup. Bahkan, kalau memiliki teknologi dan modal yang memadai, Gunung Kidul mampu memasok kebutuhan air Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunung Kidul Syarief Armunanto, Selasa.
Ia mengatakan Pemerintah Kabupatgen Gunung Kidul membutuhkan anggaran Rp10 miliar hingga Rp15 miliar untuk melakukan pemetaan lokasi sumber air berupa sungai bawah tanah.
"Kami belum menghitung secara detail, dan belum melakukan konsultasi dengan kontraktor tentang pembuatan peta lokasi sumber air itu," katanya.
Tetapi, kata dia, berdasarkan pembicaraan dengan Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, untuk melakukan penelitian setiap lima kilometer persegi membutuhkan anggaran Rp500 juta.
"Kalau wilayah Gunung Kidul luasnya 149 kilometer persegi, kami perkirakan membutuhkan antara Rp10 miliar hingga Rp15 miliar," kata Syarief.
Sumber air yang sedang dalam proses pengembangan ini, menurut dia yakni Gua Sri Gethuk, Gua Pindul, Seropan, dan Gua Bribin.
Jika proyek Bribin dan Seropan cukup optimal dengan debit 200 liter per detik, kata dia, maka di Gunung Kidul akan terjadi surplus air bersih.
"Kebutuhan air masyarakat Gunung Kidul hanya 100 liter per detik. Kalau diperoleh 200 liter per detik, secara hitungan matematis Gunung Kidul surplus air bersih, dan bisa dijual," katanya.
Namun, menurut dia, yang menjadi persoalan adalah distribusi air dari Gua Bribin menuju rumah-rumah warga.
"Karena lokasi rumah warga jauh, dan terbatasnya anggaran pemerintah dalam mensubsidi pendistribusian air itu ke masyarakat hingga pelosok desa, ini akan menjadi kendala," katanya.
Secara bisnis, kata dia, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum mampu melayani seluruh warga yang membutuhkan air bersih. "Sebab, belum adanya infrastruktur penunjang serta kondisi geografi Gunung Kidul yang naik turun, menyebabkan biaya yang harus disediakan cukup besar," katanya.
(KR-STR)
Sungai bawah tanah Gunung Kidul belum dimanfaatkan
Salah satu sungai bawah tanah di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Foto lintas7travel.blogspot.com)
