Seorang pemilik industri penyulingan minyak atsiri cengkih Samigaluh, Bambang Saryanto di Kulon Proggo, Rabu, mengatakan minyak atsiri cengkih produksi Kulon Progo banyak dicari pengusaha kosmetik dari Korea, Prancis, Amerika, dan Australia.
"Setiap hari kami mampu memproduksi satu kuintal minyak atsiri cengkih atau sekitar tiga ton per bulan. Saat ini, harga atsiri cengkih di pasaran lokal mencapai Rp150 ribu per kg," kata Bambang.
Menurut dia, perkembangan produksi minyak atsiri di Kecamatan Samigaluh semakin berkembang dan kualitas produksi semakin meningkat. Hal ini didukung oleh pemulihan tegakan dan penyulaman tanaman cengkih milik masyarakat.
Selain itu, kata dia, petani mulai melakukan perawatan secara intensif dengan memberikan pupuk secara teratur sehingga kualitas rendemen cengkih sangat bagus.
"Perkembangan industri penyulingan minyak atsiri cengkih juga tidak lepas dari penggunakan peralatan penyulingan yang canggih. Harga satu unit penyuling mencapai Rp75 juta," katanya.
Seorang pemilik industri minyak atsiri dari Pedukuhan Ngaliyan Desa Ngargosari, Triatmodjo mengatakan produksi minyak atsiri mulai sejak November 2012 berkurang. Tetapi secara keseluruhan, dibandingkam tahun-tahun sebelumnya, produksi atsiri cengkih mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring membaikkan alat produksi dan tingginya harga dipasaran.
Menurut dia, penurunan produksi ini disebabkan oleh musim hujan dan kabut tebal yang mempengaruhi tumbuhnya tanaman cengkih. Saat memasuki musim hujan, pohon cengkih keluar pupus sehingga daun yang gugur berkurang.
"Saat musim kemarau bisa mendapatkan lebih dari satu ton daun cengkih dalam sehari. Namun saat ini hanya beberapa kuintal dalam satu bulan," katanya.
Ia mengatakan, dirinya membeli daun cengkih dari petani seharga Rp1.000 per kilogram.
Akibat sedikitnya ketersediaan daun cengkih, kata dia, dua tungku pengolahan minyak atsiri miliknya hanya dua kali memasak. Padahal, saat saat pasokan cukup, setiap tungku berkapasitas delapan kuintal daun itu mampu memasak tiga kali sehari.
"Satu kali memasak akan menghasilkan 20 kg minyak atsiri. Produksi minyak atsiri ini dijual kepada pedagang yang kemudian diekspor untuk bahan obat-obatan," katanya.
(KR-STR)