ISI Denpasar gelar seni pertunjukan hibah Dikti

id isi denpasar gelar

ISI Denpasar gelar seni pertunjukan hibah Dikti

Institut Seni Indonesia Denpasar, Bali (Foto antaranews.com)

Denpasar (Antara Jogja) - Institut Seni Indonesia Denpasar menggelar seni pertunjukan yang memenangkan hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013.

"Penciptaan itu terdiri atas tiga garapan tari yang mampu menarik perhatian penonton," kata Rektor ISI Denpasar, Dr I Gede Arya Sugiartha, di Denpasar, Selasa.

Pagelaran berlangsung di gedung Natya Mandala ISI Denpasar dan di jaba pura Padma Nareswara kampus setempat.

Pagelaran seni tersebut diawali dengan penampilan karya berjudul "Aguru" dengan koreografer I Wayan Sutirtha S.Sn M.Sn, komposer I Nyoman Kariasa S.Sn M.Sn, Penari Dewa Selamet Raharja dan Ni Luh Gede Wahyu Satyaningrum serta didukung oleh penabuh dari mahasiswa semester V Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar.

Karya tari yang berdurasi sekitar 15 menit ini menceritakan tentang kasih antara guru dan bakti murid. Hubungan ini merupakan timbal balik yang telah memuliakan keluhuran seni tari di Bali.

Penari Dewa Selamet Raharja yang berperan sebagai guru merasa terpanggil menularkan ilmunya kepada muridnya, sedang muridnya yang dibawakan oleh penari belia bernama Ni Luh Gede Wahyu Styaningrum pun tergugah mewarisi dan melestarikan keindahan seni tari yang berlangsung secara personal-komunal.

Dalam tarian itu dipertontonkan bagaimana kontak fisik dan dialog batin antara guru dan murid digambarkan secara harmoni. Pesan yang ingin disampaikan adalah sudah sepatutnya generasi muda sebagai penerus bangsa melestarikan seni Bali, khususnya seni tari Bali.

Demikian pula penampilan karya kedua berjudul "Ben'ca'na" Karya  koreografer I Ketut Sutapa S.ST M.Sn, komposer I Kadek Juliantara dengan melibatkan penari dari mahasiswa Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar.

Karya tari yang berdurasi sekitar 25 menit mengisahkan bagaiman warna-warni dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Bagi pencipta badai dalam rumah tangga memang selalu ada dan merupakan proses manusiawi dalam memahami harmonisasi kehidupan.

Jika perasaan selaras maka terjadilah harmonisasi, sekaligus disharmoni, sehingga jika emosi menyelimuti, maka kebijaksanaan akan sirna yang melahirkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Pencipta melibatkan sekitar 15 penari dengan menggunakan berbagai properti untuk mendukung pementasan," ujar Gede Arya Sugiartha.

(I006)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024