BLH : limbah domestik pengaruhi kualitas air sungai

id sampah

BLH : limbah domestik pengaruhi kualitas air sungai

Ilustrasi (antaranews.com)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta meminta warga tidak membuang secara langsung limbah domestik ke sungai karena akan menurunkan kualitas air sungai sehingga bisa berpengaruh pada kualitas air sumur di sekitar sungai.

"Masih ada warga yang memanfaatkan saluran air hujan untuk membuang limbah domestik secara langsung ke sungai tanpa melalui pengolahan," kata Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Ika Rostika di Yogyakarta, Rabu.

Menurut Ika, limbah domestik rumah tangga yang masuk ke sungai akan mempengaruhi tingkat biochemical oxygen demand (BOD) maupun chemical oxygen demand (COD). Di Kota Yogyakarta terdapat empat sungai yang selalu dipantau yaitu Code, Gajah Wong, Winongo dan Manunggal.

Tingkat BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan organisme di air untuk mengurai material organik, sedangkan COD menunjukkan jumlah polutan organik yang ditemukan di perairan untuk mengetahui kualitas air.

Ika mengatakan, tingkat BOD dan COD tidak akan sama di sepanjang aliran sungai. "Namun, tingkat BOD dan COD akan meningkat signifikan apabila ada aliran dari limbah domestik, atau di lokasi yang banyak tumpukan sampah," lanjutnya.

Kualitas air sungai masih dikatakan baik apabila tingkat BOD dan COD tidak lebih dari 50 miligram per liter.

"Warga di sepanjang aliran sungai masih bisa memanfaatkan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan cuci. Jika masih ragu, bisa melakukan pengujian kualitas air sumur ke BLH," katanya.

BLH, lanjut dia, juga akan membantu penjernihan air sumur apabila ada warga yang mengajukan permohonan. "Kami membantu menjernihkan air sumur warga yang terkena dampak hujan abu Gunung Kelud beberapa waktu lalu," katanya.

Selama musim kemarau, BLH memperkirakan akan ada penurunan debit air sumur di rumah warga sekitar lima hingga 10 centimeter dibanding saat musim hujan.

"Untuk mengantisipasi agar debit air sumur tidak berkurang, warga bisa membuat biopori atau sumur resapan," katanya.

Setiap bangunan dengan luas 100 meter persegi seharusnya sudah memiliki satu sumur resapan dengan diameter 80 centimeter dan kedalaman empat meter.

"Sumur resapan itu berfungsi menabung air sehingga saat musim kemarau tidak ada penurunan debit air sumur," katanya.

(E013)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024