DIY-Jateng jadi "pilot project" program tungku sehat

id tungku

Yogyakarta (Antara Jogja) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang didukung Bank Dunia menetapkan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai lokasi "pilot project" program inisiatif tungku sehat hemat energi atau kompor kayu.

"Program tungku sehat dan hemat energi ini dimaksudkan agar keluarga di Indonesia memperoleh akses terhadap energi yang lebih luas dan tidak hanya tergantung pada bahan bakar fosil yang suatu saat nanti akan habis," kata Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dadan Kusdiana saat meluncurkan kegiatan itu di Yogyakarta, Jumat.

Berdasarkan data, di DIY masih ada 42,78 persen rumah tangga yang memanfaatkan tungku tradisional dengan bahan bakar kayu, sedangkan di Jawa Tengah tercatat sebanyak 49,9 persen rumah tangga.

Pemanfaatan tungku tradisional tersebut dinilai kurang sehat karena bisa menimbulkan polusi udara di dalam ruangan yang bisa menurunkan derajat kesehatan warga dan berakibat pada kematian.

Oleh karena itu, lanjut dia, penggunaan tungku sehat hemat energi tersebut dapat menjadi salah satu jalan keluar bagi warga tanpa perlu melakukan konversi energi ke bentuk lain.

"Warga masih bisa menggunakan kayu sebagai bahan bakar utamanya, namun dengan tingkat polusi yang lebih rendah," katanya.

Menurut dia, program tungku sehat hemat energi tersebut sudah diawali sejak April yaitu dengan membuka kesempatan kepada seluruh produsen tungku di seluruh dunia untuk menyampaikan desain tungku yang sehat dan hemat energi.

"Usulan yang masuk sangat beragam dari bentuk dan fungsinya. Rata-rata, tungku tersebut sudah berbentuk seperti kompor namun tetap menggunakan bahan bakar utama biomassa seperti kayu, sekam dan pellet. Api yang dihasilkan pun bisa diatur besarnya," katanya.

Kementerian menerima usulan 15 jenis tungku yang diproduksi oleh sejumlah produsen yang tidak hanya berasal dari Indonesia tetapi juga dari luar negeri seperti China, Afrika Selatan dan Singapura.

Usulan yang diterima tersebut kemudian diuji berdasarkan tiga parameter, yaitu efisiensi bahan bakar, emisi karbon dan bahan padat lain yang dihasilkan dari proses pembakaran.

"Dari hasil pengujian, sudah ada lima kompor kayu yang dinyatakan bisa mengikuti `pilot project` ini," katanya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memperoleh dana hibah sekitar Rp2 miliar dari Bank Dunia untuk mendukung program tersebut. Dana hibah itu akan diwujudkan dalam bentuk subsidi pembelian tungku sehat hemat energi.

"Besaran subdisi bervariasi antar tungku, disesuaikan dengan hasil pengujian yang telah dilakukan. Semakin baik tungku itu, maka subsidi yang diberikan pun akan semakin besar," katanya.

Di DIY dan Jawa Tengah, ditargetkan ada sebanyak 10.000 tungku sehat hemat energi yang bisa didistribusikan ke warga dengan harga yang kompetitif.

Kementerian kemudian menggandeng darma wanita dan kelompok-kelompok perempuan untuk menjadi fasilitator pasar dalam program tersebut.

Sementara itu, Kepala Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi Sumber Daya Mineral DIY Edi Indrajaya mengatakan, warga yang masih memanfaatkan tungku tradisional tersebar di seluruh kota/kabupaten di wilayah itu.

"Di seluruh wilayah masih ditemukan warga yang menggunakan tungku tradisional. Namun, agar program itu tepat sasaran, perlu ada pemetaan terlebih dulu," katanya.

Ia berharap, sasaran program tersebut lebih difokuskan pada daerah yang sulit memperoleh akses elpiji serta tidak memiliki potensi pengembangan biogas.

(E013)