APIKRI tidak persoalkan pemberlakuan SVLK pada 2015

id kerajinan

APIKRI tidak persoalkan pemberlakuan SVLK pada 2015

Ilustrasi (foto blogs.unpad.ac.id)

Yogyakarta (Antara) - Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Republik Indonesia tidak mempersoalkan pemberlakuan kepemilikan sistem verifikasi legalitas kayu oleh pemerintah bagi eksportir kerajinan kayu yang telah dimulai per 1 Januari 2015.

"Kami tidak masalah dan justru mendukung penuh karena dibalik pemberlakuan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) ada tujuan baik, bagi keberlanjutan produksi dan pelestarian alam," kata Direktur Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Republik Indonesia (APIKRI) Amir Panzuri di Yogyakarta, Senin.

Menurut Amir, pemberlakuan SVLK sejalan dengan misi Apikri yang sejak lama gencar mengkampanyekan produk kerajinan berbasis bahan baku alam dengan cara pengelolaan yang ramah lingkungan.

"Sejatinya menurut kami SVLK merupakan konfirmasi dari apa yang kami perjuangkan selama ini untuk memopulerkan "green product"," kata dia.

Dengan pemberlakuan SVLK mulai tahun ini, ia optimistis berbagai unit industri kecil menengah (IKM) yang masuk dalam keanggotaan Apikri tidak akan mengalami kendala ekspor baik untuk tujuan Eropa maupun Australia karena berbagai persiapan sudah dilakukan. Apalagi, ia menilai, sosialisasi yang diberikan pemerintah sejak 2013 sudah cukup memadai.

Dia justru meyakini nilai ekspor kerajinan Apikri pada 2015 dapat meningkat 10 persen dari 2014. "Dari biasanya satu kontainer sebulan, tahun ini kami harap bisa meningkat dua kontainer per bulan," kata dia.

Menurut dia salah satu produk andalan Apikri yang paling diminati negara tujuan ekspor seperti Amerika dan Eropa sampai saat ini adalah produk peti mati dengan bahan serat alam berupa enceng gondok serta pelepah pisang.

Hingga 2015, ia menyebutkan, terdapat 20 IKM dari 470 IKM anggota yang telah masuk dalam skema SVLK kolektif Apikri.

"Memang baru 20 IKM anggota kami yang masuk SVLK kolektif, tapi sambil berjalan nanti akan bertambah," kata dia.

Menurut Amir, konsistensi yang dilakukan untuk terus memproduksi kerajinan yang ramah lingkungan menjadi pendorong utama terus melonjaknya permintaan ekspor khususnya untuk negara-negara Uni Eropa. Menurut dia, hal itu merupakan peluang besar yang masih sedikit dilirik para pelaku usaha kerajian kayu di Indonesia.

"Seba rata-rata konsumen Eropa kini mulai meninggalkan produk berbahan baku plastik imitatif dan beralih kepada produk berbahan alam. Apalagi sekarang di Eropa sudah mutlak menerapkan SVLK," kata dia.

KR-LQH

Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.