Tanaman cengkeh asli Merapi terancam punah

id cengkeh lereng merapi

Tanaman cengkeh asli Merapi terancam punah

Petani Cengkeh Lereng Merapi, Cangkringan, Sleman. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)

Sleman, (Antara Jogja) - Populasi tanaman cengkeh di lereng Gunung Merapi, Dusun Gading, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini jumlahnya semakin menyusut dan terancam punah akibat kondisi tanah yang berpasir pascaerupsi dan dampak kemarau panjang.

"Saat ini populasi tanaman cengkeh di Dusun Gading ini semakin menyusut, pada musim kemarau ini sekitar 50 persen tanaman cengkeh yang mati," kata Kepala Desa Glagaharjo Suroto, Senin.

Menurut dia, upaya untuk kembali membudidayakan tanaman cengkeh ini juga tidak mudah, karena kondisi tanah di wilayah setempat yang saat ini cenderung berpasir akibat terjangan lahar saat erupsi Merapi pada 2010.

"Upaya untuk menanam kembali pohon cengkeh banyak yang gagal karena tanah mengandung pasir yang cukup tebal, dan ditambah lagi sumber air yang berkurang," katanya.

Ia mengatakan, dahulu sebelum erupsi Gunung Merapi komuditas cengkeh ini juga diandalkan masyarakat untuk menambah perekonomian selain ternak.

"Namun dengan kondisi tanaman yang banyak mati ini maka pendapatan dari cengkeh juga berkurang banyak, sehingga masyarakat juga harus mencari alternatif lain untuk tambahan pendapatan," katanya.

Petani cengkeh Dusun Gading Marno Suyanto mengatakan, lebih dari 50 persen dari sekitar 100 pohon cengkeh miliknya mati akibat kondisi tanah berpasir dan berkurangnya sumber air di musim kemarau ini.

"Kami memang sudah melakukan pembudidayaan kembali, namun proses pembibitan baru yang dilakukan masih harus menunggu 10 tahun lagi untuk bisa dinikmati hasilnya," katanya.

Menurut dia, akibat kondisi seperti ini, dirinya hanya memanfaatkan separuh pohon cengkeh yang tersisa dengan hasil panen yang juga kurang memuaskan.

"Saat ini hasil panen paling banyak hanya sekitar empat kuintal, jauh dari sebelumnya yang bisa mencapai enam hingga 10 kuital cengkeh setiap kali panen," katanya.

Ia mengatakan, untuk mengembalikan kondisi tanah agar tanaman cengkeh dapat dilakukan pembibitan kembali dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

"Saat ini ada beberapa petani yang beralih menanam kopi dan beberapa lainnya memilih berternak sapi," katanya.

Sementara itu Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman Heri Suprapto mengatakan lahan cengkeh di wilayahnya saat ini telah berkurang lebih dari 75 persen akibat terdampak erupsi Merapi 2010.

"Dulu tanaman cengkeh dibudidayakan masyarakat di Dusun Kaliadem, Batur dan Pager Jurang. Namun akibat terdampak erupsi Merapi hampir semua tanaman cengkeh mati. Saat ini tinggal sebagian kecil di Batur dan Pager Jurang," katanya.

Ia mengatakan, untuk kembali menanam cengkeh memang dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga warga memilih mencari pekerjaan lain.

"Masyarakat lebih memilih bekerja sebagai penambang pasir atau beternak untuk mencukupi kebutuhannya, karena untuk kembali merawat pohon cengkeh biaya terlalu mahal dan kondisi tanah tidak memungkinkan karena berpasir," katanya.***3***

(V001)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024