Yogyakarta, (Antara Jogja) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana mendorong perguruan tinggi mendukung pengembangan industri peralatan kebencanaan seiring peningkatan potensi bencana di Indonesia.
"Kami berharap perguruan tinggi ikut berpartisipasi mendorong pertumbuhan industri kebencanaan di Indonesia," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei saat memberikan kuliah umum "Penanggulangan Bencana dan Tantangannya di Indonesia" di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa.
Menurut Willem, Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu perguruan tinggi yang telah berkontribusi mendukung pengembangan industri kebencanaan. Melalui kerja sama UGM dan BNPB , "Landslide Early Warning System (LEWS)" berhasil diluncurkan sebagai instrumen yang sangat membantu pemantauan sekaligus peringatan dini terhadap bencana longsor.
BNPB dan UGM telah memasang instrumen sistem peringatan dini tersebut di 17 daerah Indonesia. Beberapa diantaranta adalah Kerinci, Cianjur, Purworejo, Magelang, Lombok Timur, Lombok Tengayh, Lombok Barat, Bantaeng, Kota Manado, Maluku Tengah, Buru, Kota Ambon, Sikka, Kota Jayapura, Nabire, Teluk Wondama, serta Manokwari.
"LEWS merupakan penemuan serta prestasi luar biasa UGM yang perlu ditiru perguruan tinggi lainnya," kata dia.
Menurut dia, terdapat tiga poin utama dalam penanggulangan bencana yakni menjauhkan masyarakat dari bencana, menjauhkan bencana dari masyarakat, serta hidup secara harmonis dengan bencana.
"Poin ketiga yakni hidup berdampingan dengan bencana tentu membutuhkan upaya mitigasi yang baik serta peralatan penanggulangan bencana yang memadai," kata dia.
Selain berkontribusi menghasilkan penemuan yang implementatif untuk mendukung industri kebencanaan, menurut Willem, perguruan tinggi juga memiliki peran penting dalam penguatan kapasitas yang berorientasi pengurangan risiko bencana dalam pelayanan kuliah kerja nyata di tengah masyarakat.
Ia menyebutkan berdasarkan data BNPB sebanyak 148,4 juta warga tinggal di daerah rawan gempa bumi, 5 juta di daerah rawan tsunami, 1,2 juta penduduk di daerah rawan erupsi gunungapi, 63,7 juta jiwa di daerah rawan banjir, serta 40,9 juta jiwa tinggal di daerah rawan longsor.
Sementara itu, ia mengatakan, sepanjang 2016 kejadian bencana terbanyak terjadi di provinsi Jawa Tengah sebanyak 639 kali bencana. Diikuti Jawa Timur dengan 409 kejadian bencana, Jawa Barat 329 kali, Kalimantan Timur 190 kali, dan Pemerintah Aceh 83 kali.
Sementara sebaran kejadian bencana per kabupaten/kota tertinggi terjadi di Cilacap sebanyak 100 kali, Magelang 56 kali, Wonogiri 56 kali, Banyumas 53 kali, serta Temanggung 50 kali. "Sebanyak 92 persen bencana yang terjadi di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi," kata dia.***4***
(L007)
Berita Lainnya
Banjir dan longsor, 12 desa di Latimojong Luwu, Sulsel, terisolasi
Senin, 6 Mei 2024 5:26 Wib
155 korban banjir di Luwu, Sulsel, mengungsi di masjid
Senin, 6 Mei 2024 5:13 Wib
5.255 jiwa korban erupsi Gunung Riang, Sulut, dievakuasi keluar Pulau Tagulandang
Minggu, 5 Mei 2024 6:45 Wib
Helikopter angkut korban Gunung Ruang, Sulut, yang sakit
Sabtu, 4 Mei 2024 14:29 Wib
Banjir Luwu, Sulsel, telan 14 korban jiwa
Sabtu, 4 Mei 2024 10:59 Wib
Masa tanggap darurat erupsi Gunung Ruang, Sulut, hingga 14 Mei 2024
Sabtu, 4 Mei 2024 4:28 Wib
Sayur-buah segar dikirim untuk warga korban erupsi Gunung Ruang, Sulut
Jumat, 3 Mei 2024 5:50 Wib
12 ribu warga radius 7 km dari Gunung Ruang, Sulut, harus diungsikan
Jumat, 3 Mei 2024 5:28 Wib