SPS gelar bincang sastra kemerdekaan musik puisi

id musik

Yogyakarta (Antara Jogja) - Studio Pertunjukkan Sastra bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta menggelar bincang-bincang sastra mengusung tajuk "Kemerdekaan Musik Puisi" Sabtu 26 Agustus 2017 pukul 20.00 di Amphiteater Taman Budaya Yogyakarta.

"Dalam acara ini akan tampil empat grup musik puisi, yakni Teater JAB, Teater Mishbah, Jejak Imaji, dan Ibu Jari," kata koordinator bincang-bincang sastra Studio Pertunjukkan Sastra (SPS) Yogyakarta Riska Setia Ningsih, Jumat.

Menurut dia, Heri Machan selaku pentolan grup band Anterock akan? hadir sebagai pembicara untuk topik perbincangan kali ini.

"Dalam sebuah pertemuan di Kampayo XT Square, Heri Machan menyampaikan bahwa memang menunggu-nunggu kesempatan ini. Ia yang bersama Anterock pernah menggarap beberapa puisi karya Hari Leo AER merasa masih memiliki utang kepada pendiri Studio Pertunjukan Sastra itu hingga akhir hayatnya," katanya.

Ia mengatakan, Heri juga mengakui bahwa Hari Leo berperan penting dalam memperkenalkan sastra, khususnya puisi di kalangan musisi rock. Hingga kini sesungguhnya heri masih memiliki utang untuk menggarap sejumlah puisi karya Hari Leo dan menjadikannya album musik puisi.

"Oleh karena itu dalam kesempatan ini Studio Pertunjukan Sastra sengaja mengundang salah satu gitaris musik rock andalan Yogyakarta itu," katanya.

Riska mengatakan, sosok Hari Leo AER memang memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap musik puisi sebagai sebuah pertunjukan sastra. Hari Leo kerap keluar masuk kampus-kampus di Yogyakarta untuk membina sejumlah grup musik puisi atau hanya sekadar menemani latihan.

"Pengalaman menjadi konduktor dalam `Konser Puisi Indonesia` pada 1996 di Purna Budaya Yogyakarta agaknya mendasari keyakinannya bahwa puisi dapat hadir dan dekat dengan masyarakat luas dengan dipertunjukkan," katanya.

Ia mengatakan, kali ini Studio Pertunjukan Sastra tengah kembali ke khitahnya dengan menghadirkan musik puisi ke atas panggung. Empat grup yakni Teater JAB, Teater Misbah, Jajak Imaji, dan Ibu Jari yang semuanya adalah generasi muda hadir sebagai penerus grup-grup yang sudah ada sebelumnya.

"Mekipun tidak sedikit grup musik puisi yang fakum karena berbagai kendala. Musik puisi yang sampai saat ini masih menjadi bahan renungan, kajian, perdebatan para sastrawan dan musisi, tiada henti dipertunjukkan bahkan dilombakan. Di ranah sastra, musik puisi merupakan sebuah wujud pascakarya. Sedangkan di ranah musik, istilah musik puisi agaknya juga tidak ada. Situasi demikian itu sama membingungkannya dengan persoalan istilah musik puisi itu sendiri," katanya.

Di tengah bermunculannya kelompok musik puisi saat ini, kata dia. rasanya diperlukan wadah untuk menampung kesenian yang satu ini.

"Semoga dengan hadirnya acara `Kemerdekaan Musik Puisi` kali ini, keberadaan musik puisi kembali mendapat perhatian dan tempat yang mapan," katanya
V001