Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Gunung Merapi kembali mengalami letusan freatik, Rabu pukul 03.31 WIB yang menjadi letusan freatik keenam selama Mei, namun Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi menyatakan relatif tidak ada perubahan morfologi di kawah.
Dari pengamatan visual yang kami lakukan, relatif tidak ada perubahan morfologi di kawah Merapi, kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santosa di Yogyakarta, Rabu.
Meskipun demikian, pada letusan freatik keenam yang terjadi menjelang subuh tersebut, memiliki magnitudo yang cukup besar. Letusan tersebut terjadi selama empat menit dengan ketinggian kolom sekitar 2.000 meter dari puncak dengan arah letusan ke barat daya.
Akibatnya, masyarakat yang berada di Kabupetan Magelang khususnya di wilayah yang masuk Kawasan Rawan Bencana II dan III mengalami hujan abu, seperti di Desa Keningar, Sumber, Dukun dan Kalibening.
Agus menyatakan, meskipun letusan freatik tergolong sebagai letusan yang tidak berbahaya, namun masyarakat tetap diminta waspada dan tidak beraktivitas pada radius tiga kilometer dari puncak. Saat beraktivitas di luar ruangan, juga diminta mengenakan alat pelindung diri seperti masker dan kacamata untuk mengantisipasi dampak dari abu vulkanik terhadap kesehatan.
Kami akan pantau terus bagaimana aktivitas Gunung Merapi. Tetapi dari letusan-letusan freatik yang terjadi akhir-akhir ini, semuanya terjadi secara mendadak atau hanya ada sedikit tanda-tanda saja, katanya.
Hal itu, lanjut Agus, menunjukkan masih tingginya akumulasi tekanan dari dalam hingga menyebabkan terjadinya gempa vulkano tektonik atau gempa dangkal yang kemungkinan besar disebabkan adanya batuan yang pecah.
Meskipun demikian, jika dibanding letusan freatik yang terjadi sehari sebelumnya dengan jeda delapan jam tiap letusan, maka letusan yang terjadi pada Rabu dinihari memiliki jeda jauh lebih lama yaitu sekitar 26 jam.
Kami akan terus pantau bagaimana perkembangannya. Kita ikuti saja bagaimana perkembangan aktivitas Gunung Merapi termasuk aktivitas yang mengarah ke letusan magmatis, katanya.
Hingga saat ini, lanjut dia, status Gunung Merapi tetap dinyatakan waspada.
Agus menambahkan, berdasarkan data pemantauan pada peristiwa erupsi 2006 dan 2010 terdapat tanda-tanda yang menunjukkan dengan jelas adanya pergerakan magma.
Namun, lanjut Agus, tanda-tanda tersebut tidak terlihat secara jelas pada aktivitas Gunung Merapi yang terjadi akhir-akhir ini.
Salah satu tanda yang dapat menandakan terjadi letusan magmatis adalah dari material erupsi yang dikeluarkan Gunung Merapi.
Adanya jenis material baru yang dikeluarkan Gunung Merapi bisa menjadi tanda. Salah satu material baru itu adalah material `glass. Ini yang sedang kami teliti, katanya.
Berita Lainnya
Besok, Taman Wisata Alam Kawah Ijen dibuka kembali
Sabtu, 7 September 2024 19:16 Wib
Status Gunung Ijen "Waspada"
Sabtu, 13 Juli 2024 15:24 Wib
Gunung Semeru erupsi
Rabu, 19 Juni 2024 7:31 Wib
Kubah lava timbul di kawah Gunung Ibu, Maluku Utara
Kamis, 13 Juni 2024 11:18 Wib
Warna air danau kawah Gunung Dempo
Jumat, 10 Mei 2024 0:13 Wib
Penduduk diminta jauhi radius 5 kilometer dari kawah Gunung Ruang, Sulut
Selasa, 7 Mei 2024 5:47 Wib
Gumpalan asap putih kelabu bumbung tinggi dari kawah Gunung Ruang, Sulut
Jumat, 3 Mei 2024 7:39 Wib
Warga diminta patuhi radius bahaya 4 km Gunung Ruang, Sulut,
Kamis, 25 April 2024 9:15 Wib