Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak mampu menangani sampah pantai di wilayah ini karena belum memiliki teknologi dan banyaknya volume sampah di sepanjang pantai.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo Arif Prastowo di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan sampah pantai itu datang dari darat, yang melalui sungai.
Seperti diketahui sepanjang pantai Kulon Progo berada di muara sungai, seperti Trisik berdekatan dengan muara Sungai Progo, Pantai Glagah berdekatan dengan muara Sungai Serang, dan kawasan Pantai Congot dan Pasir Mendit berdekatan dengan muara Sungai Bogowonto.
"Persentase sampah paling banyak disumbang dari sampah masyarakat atau sampah dari darat yang masuk ke sungai dan pada akhirnya masuk ke laut. Dengan demikian, persoalannya adalah sampah berasal. Ini bukan sampah lokal, melainkan sampah kiriman," kata Arif.
Ia mengatakan sampah di pantai mulai dari kayu hingga limbah. Itu semua bukan dari pengunjung, sehingga kadang-kadang kiriman sampah ini volumenya sangat besar.
Pada saat tertentu sampah di pantai dapat menggunung, misalnya pada Oktober dan November kemarin sampah di Pantai Trisik sangat banyak. Itu berada di bibir pantai, sehingga membuat wisatawan tidak nyaman karena saat duduk, sebelahnya sampah.
"Saat ini, arus sungai deras membawa volume sampah yang sangat banyak. Kami tidak bisa berbuat banyak, karena persoalannya ada pembuangan sampah di hulu sungai," katanya.
Menurut dia, sumber sampah dari pengunjung atau warga sekitar pantai, persentasenya lebih kecil hanya berupa sampah bungkus makanan.
DLH bersama-sama dengan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukinan (DPUPKP) melalui UPTD Limbah Sampah dan Pertanaman melakukan pembersihan sampah dengan menggunakan kendaraan truk.
Kalau tidak dapat dikelola, petugas membawa ke TPA Banyuroto karena sampah tidak bisa dikelola lagi, tapi kalau sampah yang bisa didaur ulang tentu dapat dimanfaatkan.
"Kami mengimbau kepada masyarakat di sekitar pantai dan pelaku wisata membuat penampungan sampah untuk sampah-sampah di pantai," katanya.
Saat ini, tukang rosok sudah mulai masuk di objek-objek wisata untuk mencari sampah yang bisa dimanfaatkan. Tukang rosok ini sudah masuk dalam sistem kebijakan dalam mengurangi sampah.
"Untuk penanganan sampah pantai, dari DPUPKP mendapat alokasi anggaran melalui APBD Perubahan 2018 untuk menyediakan tempat-tempat penampungan sampah sementara di pantai-pantai. Tujuan untuk memudahkan pengunjung membuang sampah. Kami juga memasang tempat penampungan sampah sementara yang dipilah," katanya.
Ketua Konservasi Penyu Abadi Pantai Trisik Joko Samudra mengatakan masalah tahunan yang dihadapi pokdarwis dalam mengembangkan Pantai Trisik, yakni sampah dari hulu yang sangat banyak. Sampah akan terus menumpuk pada musim hujan.
Sampah yang masuk ke Pantai Trisik, bukan lagi sampah kayu atau daun-daun, tetapi sudah dalam wujud sampah plastik. Hal ini sangat memprihatinkan, dan sangat miris. Hal ini menggambarkan hulu Sungai Progo tidak peduli dengan sampah dan dampak yang bisa ditimbulkan.
"Sampah dari Sungai Progo ini merupakan masalah tahunan di Pantai Trisik. Setiap kali dibersihkan, selang beberapa menit sudah ada lagi. Hal ini perlu ada kebijakan pemkab dalam penanganan sampah di pantai," katanya.
Kulon Progo tak mampu tangani sampah pantai
Pantai laut selatan (Foto ANTARA)
