Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menutup saluran irigasi Pekik Jamal dalam rangka perbaikan tanggul Sungai Serang, khususnya yang berada di hulu bendung.
Kasi Konservasi Sumber Daya Air DPUPKP Kulon Progo Kuntarso di Kulon Progo, Selasa, mengatakan bahwa melalui rapat dengan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Pekik Jamal yang diikuti semua ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), saluran irigasi Pekik Jamal akan dikuras pada pertangahan Juni hingga akhir Juli 2019.
"Pertimbangan penutupan irigasi pada pertengahan Juni, supaya petani di daerah irigasi ini tetap bisa menanam pagi pada masa tanam pertama (MT II) golongan II, sehingga tidak mengganggu produksi padi di Kulon Progo," kata Kuntarso.
Ia mengatakan area sawah di Pekik Jamal masuk pada MT I golongan II, yang sejak awal Aprik sudah dilakukan tanam pagi.
"Lahan persawahan seluas 1.087 hektare di daerah irigasi Pekik Jamal sudah memasuki masa taman. Saat ini, ketersediaan air cukup hingga pertengahan Juni nanti. Petani kembali menanam padi pada 1 Agustus nanti," katanya.
Kuntarso mengatakan perbaikan hulu Pekik Jamal membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan. Pihak kontraktor akan bekeria keras menyelesaikan seluruh proyek perbaikan tangggul, di antaranya normalisasi Sungai Serang, pemasanhan bronjong di huku bendung, serta beberapa usualan Pemkan Kulon Progo bila masih ada.
"Proyek tahun jamak normalisasi Sungai Serang akan berakhir 2019 ini. Jadi pihak kontraktor akan menangani secepatnya," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua I DPRD Kulon Progo Ponimin Budi Hartono mengatakan selain jaringan irigasi Pekik Jamal, pemkab harus melalukan normalisasi, yakni Kali Pening, Kali Ngremang, Kalipeni, dan Kali Serang supaya tidak menyebabkan banjir dan sawah terendam air.
"Tahun-tahun ini perlu ada program normalisasi. Meski tidak semua sungai dinormalisasi, tetapi dapat mengurangi potensi banjir karena adanya pendangkalan sungai," kata Ponimin.
Menurut dia, di Kali Pening, Kali Ngrempang, Kalipeni, Kali Serang harus bersih dari tanamam yang dapat menghambat aliran air, seperti eceng gondok. Saat ini, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) sudah melakukan normalisasi, tapi hilirnya belum dilakukan. Hal ini perlu adanya komunikasi bidang pengairan Kulon Progo dengan BBWSSO, yang mengetahui persis kondisi di lapangan. Namun secara keseluruhan, sungai yang perlu mendapat perhatian khusus, yakni Kaliseling, Kali Sindutan, termasuk Kalipening. Sungai-sungai yang ada di Kulon Progo sudah 22 tahun tidak dilakukan normalisasi.
"Semua butuh normalisasi dan pembuatan tanggul, sehingga diharapkan mampu menanggulangi potensi banjir di wilayah selatan," katanya.
Selain normalisasi sungai, lanjut Ponimin, di wilayah hulu atau Kulon Progo sisi utara perlu adanya pembuatan kanal-kanal atau bendungan dan embung yang bisa menampung air atau mengendalikan air tidak langsung mengalir ke hilir. Sungai Serang yang melewati Pengasih, Wates, Temon, Panjatan ini merupakan sungai yang hilir dari wilayah utara.
"Kami kasihan dengan warga di Triharjo (Wates) dan Bendungan (Wates) yang selalu kebanjiran saat ada curah hujan tinggi. Di wilayah ini, tanggul sungai sudah dibenahi hanya spot-spot tertentu tapi belum dapat menyelesaikan masalah," katanya.