Jakarta (ANTARA) - Pengeluaran pemerintah untuk melakukan pembiayaan pembangunan infrastruktur transportasi sangatlah besar, untuk itu diperlukan cara yang tepat untuk mencari alternatif pendanaan antara lain melalui skema Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU).
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, Polana B. Pramesti mengatakan KPBU merupakan skema tepat, karena selain bisa mencari alternatif pendanaan pembangunan bandara, juga dapat membuat kompetisi yang sehat antar pengelola bandara sehingga makin profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
"Jika dilihat lebih jauh skema ini sangat bermanfaat sebab untuk membangun bandara pemerintah tidak perlu mengucurkan dana dari APBN. Sehingga anggaran APBN tersebut dapat dialihkan untuk membangun bandara atau sarana transportasi udara lainnya di daerah 3T (Terluar, Terdepan dan Tertinggal)," kata Polana dalam keterangan tertulis di di Jakarta, Sabtu.
Ia juga mengatakan hal lain yang akan didapat jika Indonesia membuka kerja sama ini yaitu menandakan kalau perekonomian negara sehat untuk investasi sehingga membuka diri masuknya investor asing. Saat ini pihaknya telah membuka dua bandara untuk dikerjasamakan dengan skema KPBU yaitu Bandara Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan Bandara Singkawang di Kalimantan Barat.
Dijelaskan Polana bahwa untuk mekanisme ada dua yaitu yang melalui kerjasama dengan menyerahkan bandara yang telah beroperasi seperti Bandara Labuan Bajo atau dengan kerjasama yang dimulai sejak awal pembangunan hingga dilanjutkan dengan pengoperasian atau green field seperti Bandara Singkawang.
"Tolong digarisbawahi kalau terbuka disini kita tetap memiliki aturan yang jelas ya, dimana Badan Usaha Bandar Udara itu dikelola oleh Badan Hukum Indonesia (BHI). Dan sesuai aturan BKPM dengan komposisi sahamnya 51 persen miliki WNI lalu sisanya 49 persen boleh swasta atau asing," katanya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Sahala Situmorang mengatakan kesempatan pihak swasta berinvestasi pada sektor bandar udara yang terbuka lebar wajib dimanfaatkan semaksimal mungkin. Hal ini utamanya karena pemerintah Indonesia juga tengah gencar meningkatkan pembangunan infrastruktur melalui skema kerja sama dengan lembaga swasta.
"Ada sejumlah dampak positif yang dapat dinikmati pihak swasta bila memutuskan untuk bekerja sama dengan pemerintah melalui skema KPBU. Salah satunya adalah diversifikasi pemasukan yang didapat. Pihak swasta akan mendapatkan dua jenis pendapatan, yakni sektor aeronautical dan non-aeronautikal," katanya.
Sahala mengatakan sektor aeronautikal merupakan sumber pendapatan yang berasal dari kegiatan operasional utama bandar udara, seperti biaya pelayanan penumpang, pendaratan pesawat, dan lainnya. Sementara itu, pemasukan dari sektor non-aeronautikal mencakup hal-hal yang tidak bersinggungan langsung dengan dunia penerbangan seperti penyewaan perkantoran di sekitar bandara, perparkiran, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
“Ini akan membuat konsorsium tertarik dapat mengatur bagi keuntungan dengan lebih tertib. Keuntungan lain yang berpotensi didapat ialah return of investment yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Banyaknya faktor-faktor terkait dalam KPBU di bidang ini membuat risiko investasi pada sektor bandar udara cukup tinggi,” katanya.
Berita Lainnya
Peringati Sumpah Pemuda, Garda Terdepan KAI Bandara layani penumpang dengan pakaian tradisional
Senin, 28 Oktober 2024 22:48 Wib
Edutrain di KAI Bandara Yogyakarta diminati masyarakat
Jumat, 25 Oktober 2024 19:18 Wib
Kemlu sebut total 40 WNI sampai di Indonesia dengan aman
Senin, 7 Oktober 2024 19:26 Wib
PTPP optimistis selesaikan proyek bandara IKN akhir 2024
Jumat, 27 September 2024 16:05 Wib
Presiden Jokowi perintahkan Menhub ubah status Bandara IKN jadi komersial
Selasa, 24 September 2024 19:39 Wib
Presiden Jokowi sebut pendaratan perdananya di Bandara Nusantara IKN mulus
Selasa, 24 September 2024 18:38 Wib
Presiden Jokowi mendarat perdana di Bandara IKN Selasa siang
Selasa, 24 September 2024 9:32 Wib
Polisi bandara gagalkan keberangkatan 14 CPMI ke Kamboja
Senin, 16 September 2024 13:30 Wib