Samarinda (ANTARA) - Pakar Geologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Dr Eko Haryono menyebutkan bahwa kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) yang berada di kawasan Sangkulirang Kutai Timur dan Mangkalihat Kabupaten Berau memiliki potensi geodiversity, biodiversity, dan culturdiversity.
"Tiga hal itu modal dasar KBAK Sangkulirang Mangkalihat menjadi geopark," kata pakar nasional Pusat Study Karst Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Dr Eko Haryono pada Forum Group Discussion dan Ekspose KBAK Sangkulirang Mangkalihat menuju pengembangan Taman Bumi (Geopark) di Samarinda, Selasa.
Dari sisi geodiversity, menurut Eko, di KBAK Sangkulirang Mangkalihat sebagai mikrokontinen pecahan kuswana, sejarah pemekaran Selat Makassar dan pembentukkan batu gamping menjadi gua dihuni manusia.
Keanekaan hayati maupun nirhayati Kawasan karst merupakan unsur penting penyusun keanekaan bumi (geodiversity).
Selain itu, ada gambar lukisan tangan dalam gua sebagai lukisan tangan tertua di dunia dengan perkiraan usia sekitar 35 ribu hingga 45 ribu tahun lalu.
"Itu menandakan kawasan KBAK dihuni orang sejak puluhan ribu tahun lalu hingga saat ini. Dan mereka hidup memanfaatkan potensi sekitar Karst," jelasnya.
Sementara sisi biodiversity, ungkap Eko, kawasan atau wilayah KBAK menjadi transit Orang Utan. Termasuk banyak vegetasi sekitar 98 jenis yang dilindungi dan beberapa diantaranya masuk replace International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak 1997 mengukuhkan Karst sebagai kawasan yang lingkungannya harus dilestarikan.
Disebutkannya, KBAK Sangkulirang Mangkalihat seluas 362.706,11 hektare masuk dua wilayah administratif yaitu Kabupaten Kutai Timur 171.925,57 Ha dan Kabupaten Berau 190.780,54 Ha.
"Tiga aspek utama kawasan Karst yakni bernilai ilmiah, ekonomi dan kemanusiaan, merupakan sendi-sendi strategis begitu penting. Saat ini Karst turut memainkan peran penting dalam siklus karbon dunia," ujarnya.