Pengiriman paket belanja online molor jadi 3 hari dampak pandemi

id paket belanja online,pengiriman barang,belanja online,e-commerce,tokopedia,bukalapak

Pengiriman paket belanja online molor jadi 3 hari dampak pandemi

Ilustrasi e-commerce (Shutterstock)

Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19  menyebabkan pengiriman paket belanja online di Indonesia molor rata-rata menjadi tiga hari dibanding sebelumnya yang hanya 2,3 tiga hari, sementara di Malaysia penundaannya jauh lebih parah, demikian menurut hasil riset iPrice dan Parcel Monitor baru-baru ini.

Di banding negara lain di Asia Tenggara, Malaysia menempati penundaan (delay) terlama dalam estimasi pengiriman barang belanjaan online ini. Paket yang biasanya hanya butuh waktu 2,1 hari sampai ke tangan pembeli, selama pandemi menjadi 4,6 hari.

Indonesia juga mengalami peningkatan waktu estimasi pengiriman paket walaupun tidak signifikan seperti Malaysia. Indonesia yang biasanya hanya memerlukan 2,3 hari untuk menerima paket menjadi 3 hari selama pandemi, menurut riset iPrice yang dibagikan kepada ANTARA, Senin.

Sementara di Thailand dan Singapura pengiriman tidak mengalami perubahan waktu yang signifikan. Jika di Singapura pada waktu sebelum pandemi reratanya selama 1,3 hari, molor sedikit menjadi 1,5 hari. Sedangkan di Thailand, jika biasanya total pengirimannya selama 1,8 hari, selama pandemi menjadi 2 hari.

iPrice juga melaporkan bahwa pada kuartal ketiga 2020 pengunjung website e-commerce Tokopedia menyentuh angka 84 jutaan per bulan, naik 25 persen dibanding awal tahun. Berdasarkan Peta Persaingan E-commerce Indonesia, pertumbuhan total pengunjung website Tokopedia meningkat 40 persen jika dibandingkan Q3 2019 yang hanya 60 jutaan per bulan.

Tokopedia juga merupakan satu-satunya e-commerce lokal yang memiliki pengunjung website lokal terbanyak di Asia Tenggara menyaingi Shopee dan Lazada pada tahun 2019. Total kunjungan website Tokopedia mencapai jumlah 900 jutaan selama tahun 2019. Menariknya, Tokopedia yang benar-benar fokus mendominasi pasar Indonesia sudah bisa menyaingi Shopee dan Lazada yang dikategorikan sebagai e-commerce regional.

Dengan data pertumbuhan yang menjanjikan ini, tidak heran jika Google dan Temasek juga ingin ikut berpartisipasi dalam pertumbuhan e-commerce di Indonesia dengan investasi di Tokopedia November ini.

Nikkei Asian Review melaporkan Google sekarang memegang sekitar 1.6 persen kepemilikan di Tokopedia sedangkan Anderson Investment yang berafiliasi dengan Temasek memiliki persentase lebih tinggi yaitu 3,3 persen. Data ini menurut dokumen yang diajukan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tertanggal 4 November lalu.

Sebelumnya, Bukalapak juga menerima dana segar dari Microsoft pada bulan yang sama, estimasinya Microsoft setuju untuk investasi sebesar 100 juta dollar AS ke Bukalapak berdasarkan laporan Bloomberg. Bentuk investasi ini juga akan mengarah ke kemitraan produk Microsoft untuk penggunaan di Bukalapak. Salah satunya adalah pengembangan teknologi berbasis Microsoft Azure untuk Bukalapak.

Bukalapak yang juga menunjukan pertumbuhan positif, memiliki total kunjungan website 646 Jutaan selama tahun 2019 dan menduduki peringkat ke-4 di Asia Tenggara setelah Shopee, Lazada, dan Tokopedia. Pada Q3 2020 ini Bukalapak berada di peringkat ketiga dengan total rerata kunjungan website bulanan 35 jutaan.