Terapi cuci hidung penting untuk memperkuat kesehatan di tengah pandemi

id terapi cuci hidung, cuci hidung, PERHATI- KL, IDI, Hemastia Manuhara, COVID-19, penyintas COVID-19, pandemi COVID-19

Terapi cuci hidung penting untuk memperkuat kesehatan di tengah pandemi

Ilustrasi terapi cuci hidung atau nasal wash therapy. (Freepik)

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) yang tergabung dalam Perhimpunan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) Hemastia Manuhara mengatakan terapi cuci hidung atau nasal wash therapy menjadi salah satu langkah penting untuk memperkuat kesehatan tubuh di tengah pandemi COVID-19.

Tidak hanya berguna untuk mencegah terpapar Sars-Cov-2, terapi cuci hidung rupanya memiliki banyak manfaat untuk individu yang menjadikan kegiatan itu sebagai rutinitas.

“Di masa COVID-19 seperti yang kita tahu virus penyebabnya itu suka bersarang di nasofaring atau dekat dengan saraf penciuman manusia. Jika hidung dibersihkan secara rutin dengan terapi cuci hidung, potensi infeksi yang disebabkan oleh virus bisa semakin kecil,” kata dokter Hemastia dalam konferensi pers virtual, Senin.

Tidak hanya berguna untuk pencegahan, terapi cuci hidung juga berguna bagi pasien COVID-19 yang memiliki gejala dengan masalah penciuman atau pun pernafasan terkait hidung.

Masalah yang dimaksud seperti hilang kemampuan hidung untuk mencium bau- bauan atau dikenal sebagai anosmia dan juga masalah lainnya adalah hiposmia kondisi saat indra penciuman berangsur- angsur berkurang.

“Bagi penderita COVID-19 pentingnya mencuci hidung agar bagian belakang hidung atau rongga hidung dikenal juga sebagai nasofaring ini dapat bersih dan tidak ada penumpukan lendir yang mengering,” ujar dokter yang menempuh pendidikannya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Terapi cuci hidung merupakan proses mengalirkan cairan isotik dari satu lubang hidung dan kemudian dikeluarkan ke rongga hidung lainnya.

Hal itu dapat terjadi karena rongga hidung manusia berbentuk seperti saluran atau letter U terbalik.

Cairan yang digunakan untuk terapi cuci hidung ini pun harus merupakan cairan steril dengan pH yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu cairan NaCl atau awam dikenal sebagai cairan infus.

Terapi cuci hidung bisa dilakukan secara manual menggunakan spuit atau suntikan tanpa jarum berukuran 10 mililiter untuk orang dewasa dan 5 mililiter untuk anak- anak, atau bisa dilakukan dengan alat digital yang lebih mudah penggunaannya.

“Untuk cuci hidung yang manual anda bisa mulai dari mengambil cairan steril sesuai takaran menggunakan spuit lalu diarahkan ke rongga hidung bagian kanan,miringkan kepala ke arah kiri lalu buka mulut dan menahan nafas. Suntikan cairan NaCl hingga cairan keluar ke rongga hidung bagian kiri,” kata dokter Hemastia menggambarkan cara untuk melakukan terapi hidung.

Ulangi cara tersebut pada rongga hidung bagian kiri dengan kepala miring ke arah kanan dan spuit berisi cairan NaCl disuntikan hingga keluar ke rongga hidung bagian kanan.

Itu merupakan satu siklus terapi cuci hidung yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan khususnya pada bagian pernafasan di tengah pandemi.

Terapi hidung baik dilakukan di malam hari dengan anjuran terapi 3 kali 1 hari untuk orang yang mengalami gangguan pernafasan bagian atas dan 1 kali 1 hari untuk orang yang berniat membersihkan rongga hidung di saat kondisi kesehatan tengah stabil.

"Terapi hidung ini baik dilakukan dari segala jenjang usia dan oleh siapa saja, baik yang sakit atau pun yang sehat. Semua bisa melakukan terapi hidung ini agar tetap menjaga kesehatan hidungnya khususnya di masa pandemi seperti saat ini," ujar dokter yang praktek di Rumah Sakit Bethsaida itu.

 

Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024