Yogyakarta (ANTARA) - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta menyatakan kasus positif COVID-19 di sebuah keluarga besar yang berdomisili di Kelurahan Wirobrajan bertambah 19 orang sehingga saat ini ada 29 warga yang terkonfirmasi positif tertular virus corona.
"Kami masih terus melakukan tracing dan pemeriksaan rapid antigen serta PCR kepada warga yang menjadi kontak erat. Total tracing dari temuan kasus awal sudah dilakukan ke 80 warga," kata Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Selasa.
Tambahan 19 kasus baru tersebut berasal dari 20 kontak erat yang dinyatakan positif dari hasil pemeriksaan tes usap antigen. Satu warga yang dinyatakan negatif dari tes PCR tetap diminta melakukan isolasi.
"Dari 19 kasus positif ini, harus dilakukan tracing lagi sebagai upaya untuk mencegah agar penularan tidak semakin meluas," katanya yang menyebut seluruhnya menjalani isolasi mandiri di rumah.
Heroe pun berharap warga di kawasan padat penduduk tersebut dapat bersikap terbuka dan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah terpapar COVID-19 atau tidak.
Pada Senin (10/5), Satgas Penanganan COVID-19 Yogyakarta juga sudah melakukan rapid test antigen kepada 39 warga lain yang menjadi kontak erat. Hasilnya, sembilan warga dinyatakan positif dan 30 lainnya negatif.
"Dari sembilan yang positif rapid antigen dilanjutkan dengan tes PCR. Baru ada delapan warga yang datang, satu orang belum datang," katanya.
Untuk 30 warga yang memiliki hasil negatif antigen, akan dilakukan pemeriksaan PCR lima hari kemudian dan saat ini diminta melakukan isolasi.
Saat ini, lingkungan permukiman warga yang berada di RT 56 RW12 Wirobrajan tersebut dilakukan pembatasan aktivitas masyarakat.
"Durasi pembatasan aktivitas atau ‘lockdown’ ini akan sangat bergantung pada hasil tracing kasus. Semakin cepat dilakukan tracing dan warga bersikap terbuka, maka akan mempercepat pelonggaran aktivitas. Begitu pula sebaliknya," katanya.
Sementara itu, Lurah Wirobrajan Sri Suwardani mengatakan, akses ke RT 56 RW 12 sudah dilakukan penutupan secara sederhana, namun untuk penjagaan belum dapat dilakukan maksimal karena keterbatasan personel.
“Kami berharap ada bantuan personel dari Satpol PP Yogyakarta untuk melakukan penjagaan di RT tersebut khususnya untuk malam hari. Jika pada siang hari ada petugas dari Posko PPKM Kelurahan, Babinsa dan Babinkamtibmas yang membantu berjaga,” katanya.
Sri Suwardani mengatakan, sebagian besar warga di RT 56 bekerja dengan mengumpulkan bungkus semen untuk kemudian didaur ulang menjadi berbagai produk seperti tempat makanan burung dan produk lainnya.
Saat ini, lanjut dia, kelurahan sedang berusaha untuk mengajak warga yang sudah diundang tetapi belum datang untuk melakukan rapid test antigen.
“Ada yang masih merasa takut, tetapi ada pula yang pergi dan saat ditelepon tidak merespon. Kami akan tetap mengingatkan warga untuk segera periksa,” katanya yang menyebut RT 56 dihuni oleh sekitar 70 kepala keluarga (KK).