Anjlok, dolar AS

id dolar AS,indeks dolar,keputusan ECB,Credit Suisse,krisis perbankan

Anjlok, dolar AS

Ilustrasi tumpukan uang dolar AS berada di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Rabu (16/11/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/pri.

New York (ANTARA) - Anjlok dolar AS pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga.

Hal itu sebagai tanda bahwa Federal Reserve juga kemungkinan akan menaikkan suku bunga minggu depan karena keduanya berupaya menjinakkan inflasi.

Kedua mata uang terjebak dalam kisaran sempit sebelum ECB mengumumkan kenaikan suku bunga setengah poin persentase seperti yang dijanjikan. Berdasarkan FedWatch Tool CME, pasar menilai kemungkinan 80,5 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga seperempat poin pada tanggal 22 Maret.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dan zona euro naik karena pasar saham di kedua sisi Atlantik menguat setelah reaksi perdagangan awal yang bergejolak oleh pasar terhadap keputusan ECB.

"Pasar melihat ECB, melihat bank sentral yang menghadapi ketidakpastian pasar dan mengambil keputusan hawkish yang telah diisyaratkan dalam panduan sebelumnya, didorong oleh mandat inflasi dan mengatakan 'The Fed mungkin dapat mengikuti pola yang sama'," kata Brian Daingerfield, kepala strategi valas G-10 di NatWest Markets.

ECB telah menaikkan suku bunga pada laju tercepat yang pernah tercatat dan The Fed pada laju tercepat dalam 4 dekade untuk mengekang inflasi. Suku bunga utang pemerintah AS yang lebih tinggi daripada negara-negara lain telah membentengi dolar, demikian juga ekonomi yang relatif kuat.

Akan tetapi, kekalahan di pasar global setelah Silicon Valley Bank runtuh di Amerika Serikat pekan lalu dan anjloknya nilai saham Credit Suisse pekan ini mengancam membatalkan rencana ECB untuk menaikkan suku bunga.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dolar tergelincir setelah keputusan ECB naikkan suku bunga
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024