Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta bertekad melaksanakan prosesi pengukuhan Guru Besar kampus itu secara perorangan atau satu per satu sebagai upaya menampilkan gagasan, daripada selebrasi, atau sekadar perayaan pangkat atau jabatan.
"Kita ingin publik juga mengetahui perkembangan penelitian di kampus. Kita munculkan penelitian terakhir para guru besar di kampus UIN Sunan Kalijaga," kata Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof Al Makin dalam sambutan Rapat Senat Terbuka Pengukuhan Fatimah Husain sebagai guru besar, sebagaimana dikutip dari siaran pers di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, beberapa kampus atau perguruan tinggi memilih praktis menampilkan kuantitas dengan mengukuhkan 10 orang atau lebih guru besar dalam satu prosesi pengukuhan.
"Biarkan kita merayakan gagasan dan penelitian satu persatu, sebagai syiar ilmiah yang serius. Kampus perlu dakwah ilmiah. Kampus perlu membagi riset-risetnya dan menterjemahkan supaya mudah difahami," katanya.
Rektor berharap keilmuan kampus UIN Sunan Kalijaga bermanfaat untuk bangsa. Apalagi di kampus itu, kata dia ada penelitian tentang interfaith yang serius, penelitian tentang etnis hadrami yang serius, dan filsafat.
"Itulah gunanya presentasi dan perayaan guru besar satu persatu di UIN Sunan Kalijaga. Jerman maju karena gagasannya, land des ideas," kata Al Makin.
Lebih lanjut ia mengatakan UIN Yogyakarta sudah memproduksi 23 guru besar selama kepemimpinannya. Pertumbuhan jurnal dengan sistem Sinta dan Scopus juga telah mendorong para dosen produktif.
"Saya berharap kebijakan pemerintah memberi kebebasan akademik untuk masa depan bangsa, sebagaimana Amerika, Singapura, Malaysia, Australia, dan negara-negara Eropa," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Prof Dr Fatimah Husein menyampaikan orasi ilmiah guru besarnya yang bertajuk "Ustadzah Ba'alawi dan Kemunculan Otoritas Keagamaan Baru di Ruang Publik Indonesia: Pendekatan Feminist Epistemology".
Penelitian Prof Fatimah yang telah lebih dari 30 tahun menjadi dosen di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu telah mendiskusikan fenomena kemunculan ustadzah-ustadzah Ba 'Alawi di ruang publik Indonesia.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ketika mengakhiri sambutannya menyampaikan bahwa otoritas harus selalu dijaga dan penelitian harys yang betul-betul baru dari disertasi dan tesis.
"Jarang di Indonesia yang betul-betul mendalami penelitian dan terus melakukan percobaan. UIN Sunan Kalijaga hendaknya menjadi tempat yang nyaman bagi penelitian," kata Al Makin.