TNI memecahkan rekor MURI membatik massal di Yogyakarta
Yogyakarta (ANTARA) - Sebanyak seribu prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan membatik massal di tengah Jalan Jenderal Sudirman, Kota Yogyakarta, Senin.
Kegiatan membatik massal yang diikuti gabungan prajurit TNI AD, AL, dan AU itu berlangsung dalam acara "Abhinaya Abyakta Batik Jogja 2nd Series 2023" untuk memperingati Hari Batik Nasional.
"DIY telah memiliki tiga warisan budaya tak benda yang diakui UNESCO, yaitu keris, wayang dan batik. Untuk itu, menjadi tugas kita bersama untuk mengaktualisasi warisan budaya tak benda menjadi sebentuk etos atau karya, dalam berbagai bentuk dan media," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Beny Suharsono saat membuka acara tersebut.
Di tengah Jalan Jenderal Sudirman, para prajurit yang memegang canting duduk berkelompok masing-masing empat orang sembari memegang selembar kain putih berukuran 50x50 cm yang bermotif burung Phoenix.
Untuk masing-masing kelompok disediakan satu kompor dengan cairan malam di atas wajan kecil.
Petugas dari MURI kemudian menghitung dan mengecek satu per satu prajurit peserta membatik massal yang berlangsung sekitar 45 menit dan kemudian mencatat kegiatan itu sebagai rekor ke 11.264.
Menurut Sekda DIY, kegiatan tersebut sangat istimewa karena pada 2 Oktober 2009 lalu, Batik Indonesia ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi dari UNESCO sekaligus diperingati sebagai Hari Batik Nasional.
Dalam konteks itu, Beny menuturkan bahwa transformasi dari mitos menjadi etos, dari tataran filosofi ke ranah praksis merupakan upaya pelestarian sekaligus pemberdayaan budaya.
Tanpa ada upaya transformasi, kata dia, budaya akan mengalami kemunduran, dan pada akhirnya sirna dari peradaban.
"Mari bersama kita lestarikan batik sebagai warisan budaya, agar eksistensinya terus terjaga," kata dia.
Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen TNI Joko Purnomo menerima sertifikat MURI tersebut.
Brigjen TNI Joko Purnomo mengaku bangga dengan pencatatan rekor itu sebagai upaya melestarikan batik sebagai warisan dunia.
"Kita kirim 1.001 prajurit di event ini untuk mendukung pencatatan rekor MURI. Kita kukuhkan kembali batik sebagai kekayaan bangsa kita dan kita sosialisasikan ke masyarakat," kata Brigjen Joko Purnomo.
Kegiatan membatik massal yang diikuti gabungan prajurit TNI AD, AL, dan AU itu berlangsung dalam acara "Abhinaya Abyakta Batik Jogja 2nd Series 2023" untuk memperingati Hari Batik Nasional.
"DIY telah memiliki tiga warisan budaya tak benda yang diakui UNESCO, yaitu keris, wayang dan batik. Untuk itu, menjadi tugas kita bersama untuk mengaktualisasi warisan budaya tak benda menjadi sebentuk etos atau karya, dalam berbagai bentuk dan media," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Beny Suharsono saat membuka acara tersebut.
Di tengah Jalan Jenderal Sudirman, para prajurit yang memegang canting duduk berkelompok masing-masing empat orang sembari memegang selembar kain putih berukuran 50x50 cm yang bermotif burung Phoenix.
Untuk masing-masing kelompok disediakan satu kompor dengan cairan malam di atas wajan kecil.
Petugas dari MURI kemudian menghitung dan mengecek satu per satu prajurit peserta membatik massal yang berlangsung sekitar 45 menit dan kemudian mencatat kegiatan itu sebagai rekor ke 11.264.
Menurut Sekda DIY, kegiatan tersebut sangat istimewa karena pada 2 Oktober 2009 lalu, Batik Indonesia ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi dari UNESCO sekaligus diperingati sebagai Hari Batik Nasional.
Dalam konteks itu, Beny menuturkan bahwa transformasi dari mitos menjadi etos, dari tataran filosofi ke ranah praksis merupakan upaya pelestarian sekaligus pemberdayaan budaya.
Tanpa ada upaya transformasi, kata dia, budaya akan mengalami kemunduran, dan pada akhirnya sirna dari peradaban.
"Mari bersama kita lestarikan batik sebagai warisan budaya, agar eksistensinya terus terjaga," kata dia.
Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen TNI Joko Purnomo menerima sertifikat MURI tersebut.
Brigjen TNI Joko Purnomo mengaku bangga dengan pencatatan rekor itu sebagai upaya melestarikan batik sebagai warisan dunia.
"Kita kirim 1.001 prajurit di event ini untuk mendukung pencatatan rekor MURI. Kita kukuhkan kembali batik sebagai kekayaan bangsa kita dan kita sosialisasikan ke masyarakat," kata Brigjen Joko Purnomo.