Pakar: Ekonomi sirkular dapat memberi manfaat bagi lingkungan sekitar
Yogyakarta (ANTARA) - Penerapan ekonomi sirkular yang tepat dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar, mulai dari memberikan kehidupan kedua bagi plastik kemasan bekas pakai hingga memberikan lapangan kerja bagi masyarakat, kata pakar perdagangan dunia dan ekonomi politik internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dr Riza Noer Arfani.
"Pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan nampak sebagai dua hal yang sulit diraih secara bersamaan. Dengan hadirnya ekonomi sirkular, diyakini menjadi jembatan bagi perdebatan tersebut," kata Riza pada diskusi "Bincang Circular Economy bersama #BeraniMengubah", di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, kolaborasi merupakan kunci untuk implementasi ekonomi sirkular maksimal dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik. Kebijakan dan program dirancang untuk mengatasi, memitigasi, atau membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim dan berupaya menuju pertumbuhan ramah lingkungan melalui industri ramah lingkungan.
Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fisipol UGM dan Peneliti Mundane Circular Economy Suci Lestari Yuana menyampaikan bahwa masyarakat memiliki peranan penting dalam proses pengelolaan kemasan plastik bekas pakai. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan hal tersebut dapat dilakukan dengan edukasi melalui sektor pendidikan.
Gagasan "Sekolah Sirkular" hadir dalam bentuk "Indonesia Green Principal Award" atau IGPA, sebuah workshop sebagai upaya untuk praktik-praktik ekonomi sirkular dalam pengajaran dan tata kelola sekolah sehari-hari. IGPA mengajak para kepala sekolah untuk bertindak sebagai perubahan dan memulai transformasi "Sekolah Sirkuler" di level sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
Dalam workshop IGPA yang biasanya berlangsung selama tiga hari, para kepala sekolah diajak berdiskusi dan berbagi tentang praktik-praktik ekonomi sirkular yang ada di Yogyakarta.
"Misalnya, para kepala sekolah diperkenalkan dengan kajian-kajian ekonomi sirkular di PSPD UGM, kemudian diajak melihat praktik pengelolaan sampah di TPS Randu UGM, diperkenalkan pada praktik memanen air hujan di 'Sekolah Air Hujan', dan masih banyak lagi," katanya.
Communications Manager Coca-Cola Fauziah Syafarina Nasution mengatakan kolaborasi atau kemitraan antarlintas organisasi menjadi kunci penting untuk mendorong penerapan ekonomi sirkular di Indonesia.
"Di Coca-Cola, kami menyadari urgensi dan kompleksitas dari kemasan plastik bekas pakai di Indonesia. Tidak ada entitas tunggal yang dapat mengatasi tantangan ini sendirian," katanya.
Direktur Eksekutif Ancora Foundation Ahmad Zakky Habibie mengatakan edukasi menjadi kunci dalam pelaksanaan inisiasi penanaman pengetahuan ekonomi sirkular terkait pengelolaan kemasan plastik bekas pakai dan dampaknya yang berkelanjutan. Diharapkan dengan pemahaman yang tepat, semua stakeholder dapat berperan serta dan memberikan dampak positif terhadap penerapan ekonomi sirkular.
Ancora Foundation melalui "Plastic Reborn" telah melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pilar edukasi dan pemberdayaan, di antaranya edukasi terhadap 55.000 pelajar, mahasiswa, dan warga di Indonesia sejak 2017.
"Tak hanya itu, 'Plastic Reborn' juga melakukan pendampingan bagi talenta muda pegiat teknologi digital terkait manajemen kemasan plastik bekas pakai mulai 2019, dan pemberdayaan sektor informal mulai 2021 dengan memperkenalkan penggunaan aplikasi digital agar sistem pengumpulannya semakin efektif, sekaligus mengedukasi dan meningkatkan kesejahteraan mereka," kata Zakky.
Ancora Foundation bersama Coca-Cola melalui gerakan edukasi #BeraniMengubah mengadakan diskusi untuk memahami konsep ekonomi sirkular dan permasalahan kemasan plastik bekas pakai di kehidupan sehari-hari. Inisiatif #BeraniMengubah sudah dilakukan sejak 2019, yang bertujuan untuk dapat mengedukasi masyarakat melalui media.
Kali ini, gerakan edukasi #BeraniMengubah hadir pertama kali di Yogyakarta untuk membahas mengenai "Manfaat Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Implementasi Circular Economy di Indonesia".
"Pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan nampak sebagai dua hal yang sulit diraih secara bersamaan. Dengan hadirnya ekonomi sirkular, diyakini menjadi jembatan bagi perdebatan tersebut," kata Riza pada diskusi "Bincang Circular Economy bersama #BeraniMengubah", di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, kolaborasi merupakan kunci untuk implementasi ekonomi sirkular maksimal dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik. Kebijakan dan program dirancang untuk mengatasi, memitigasi, atau membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim dan berupaya menuju pertumbuhan ramah lingkungan melalui industri ramah lingkungan.
Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fisipol UGM dan Peneliti Mundane Circular Economy Suci Lestari Yuana menyampaikan bahwa masyarakat memiliki peranan penting dalam proses pengelolaan kemasan plastik bekas pakai. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan hal tersebut dapat dilakukan dengan edukasi melalui sektor pendidikan.
Gagasan "Sekolah Sirkular" hadir dalam bentuk "Indonesia Green Principal Award" atau IGPA, sebuah workshop sebagai upaya untuk praktik-praktik ekonomi sirkular dalam pengajaran dan tata kelola sekolah sehari-hari. IGPA mengajak para kepala sekolah untuk bertindak sebagai perubahan dan memulai transformasi "Sekolah Sirkuler" di level sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
Dalam workshop IGPA yang biasanya berlangsung selama tiga hari, para kepala sekolah diajak berdiskusi dan berbagi tentang praktik-praktik ekonomi sirkular yang ada di Yogyakarta.
"Misalnya, para kepala sekolah diperkenalkan dengan kajian-kajian ekonomi sirkular di PSPD UGM, kemudian diajak melihat praktik pengelolaan sampah di TPS Randu UGM, diperkenalkan pada praktik memanen air hujan di 'Sekolah Air Hujan', dan masih banyak lagi," katanya.
Communications Manager Coca-Cola Fauziah Syafarina Nasution mengatakan kolaborasi atau kemitraan antarlintas organisasi menjadi kunci penting untuk mendorong penerapan ekonomi sirkular di Indonesia.
"Di Coca-Cola, kami menyadari urgensi dan kompleksitas dari kemasan plastik bekas pakai di Indonesia. Tidak ada entitas tunggal yang dapat mengatasi tantangan ini sendirian," katanya.
Direktur Eksekutif Ancora Foundation Ahmad Zakky Habibie mengatakan edukasi menjadi kunci dalam pelaksanaan inisiasi penanaman pengetahuan ekonomi sirkular terkait pengelolaan kemasan plastik bekas pakai dan dampaknya yang berkelanjutan. Diharapkan dengan pemahaman yang tepat, semua stakeholder dapat berperan serta dan memberikan dampak positif terhadap penerapan ekonomi sirkular.
Ancora Foundation melalui "Plastic Reborn" telah melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pilar edukasi dan pemberdayaan, di antaranya edukasi terhadap 55.000 pelajar, mahasiswa, dan warga di Indonesia sejak 2017.
"Tak hanya itu, 'Plastic Reborn' juga melakukan pendampingan bagi talenta muda pegiat teknologi digital terkait manajemen kemasan plastik bekas pakai mulai 2019, dan pemberdayaan sektor informal mulai 2021 dengan memperkenalkan penggunaan aplikasi digital agar sistem pengumpulannya semakin efektif, sekaligus mengedukasi dan meningkatkan kesejahteraan mereka," kata Zakky.
Ancora Foundation bersama Coca-Cola melalui gerakan edukasi #BeraniMengubah mengadakan diskusi untuk memahami konsep ekonomi sirkular dan permasalahan kemasan plastik bekas pakai di kehidupan sehari-hari. Inisiatif #BeraniMengubah sudah dilakukan sejak 2019, yang bertujuan untuk dapat mengedukasi masyarakat melalui media.
Kali ini, gerakan edukasi #BeraniMengubah hadir pertama kali di Yogyakarta untuk membahas mengenai "Manfaat Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Implementasi Circular Economy di Indonesia".