Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta pada 2023 mencatatkan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) terendah sepanjang sejarah setelah inovasi teknologi nyamuk ber-Wolbachia diterapkan di wilayah itu.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu, mengatakan kasus DBD terus menurun sejak program pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta dimulai pada 2016.
"Pada tahun 2016 jumlah kasus di Kota Yogyakarta masih sangat tinggi, mencapai lebih dari 1.700 kasus. Tahun 2023 sampai pada minggu lalu tercatat hanya di angka 67, terendah sepanjang sejarah di Kota Yogyakarta," ujarnya.
Dia mengatakan penerapan World Mosquito Program (WMP) dengan intervensi nyamuk ber-Wolbachia terus berlangsung secara efektif.
Selain mendorong penurunan angka kasus DBD dan tingkat rawat inap, kata dia, kebutuhan akan intervensi fisik berupa pengasapan juga berkurang.
Pada 2023, Dinkes Kota Yogyakarta menganggarkan Rp246 juta untuk 125 kali pengasapan, sedangkan hingga November 2023 terealisasi sembilan kali.
Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan pada 2016 atau periode sebelum nyamuk ber-Wolbachia dilepaskan, di mana pengasapan dilakukan lebih dari 200 kali dan pada 2017 lebih dari 50 kali.
Oleh karena penurunan kasus DBD, sebagian besar anggaran untuk pengasapan di Kota Yogyakarta pada akhirnya dialokasikan untuk penanganan penyakit lainnya.
"Kami mengalihkan sekitar 100 kali anggaran 'fogging' (pengasapan) untuk diusulkan dalam anggaran perubahan untuk kegiatan lain, sekitar Rp200 juta," kata dia.
Peneliti WMP Yogyakarta dr Riris Andono Ahmad memastikan fase penelitian nyamuk dengan bakteri Wolbachia sudah selesai sejak akhir 2022.
Riris yang juga Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM ini, menegaskan teknologi nyamuk ber-Wolbachia merupakan teknologi yang berkelanjutan, lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.
Wolbachia, kata dia, bakteri alami yang terdapat di sebagian besar serangga di dunia yang setelah diteliti terbukti dapat menekan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.
Teknologi itu dikatakan berkelanjutan karena sifatnya bisa diturunkan ke nyamuk berikutnya.
"Hanya perlu satu kali melepaskan, kemudian kita tinggal menikmati hasilnya. Populasi Wolbachia di Yogyakarta sampai saat ini masih sangat tinggi, sehingga memberikan proteksi yang berkelanjutan," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Yogyakarta catat kasus DBD terendah sejak inovasi nyamuk ber-Wolbachia
Berita Lainnya
Lima kota di Indonesia terapkan implementasi nyamuk ber-Wolbachia
Jumat, 29 Maret 2024 0:16 Wib
RI-Fiocruz Brasil kolaborasi teknologi dan vaksin atasi dengue
Senin, 12 Februari 2024 18:06 Wib
Ini nominal konsumsi listrik NETA V
Jumat, 9 Februari 2024 6:48 Wib
Mahfud sebut 20.000 masyarakat adat di hutan Kaltim tak ber-KTP
Senin, 22 Januari 2024 4:41 Wib
29.524 produk di Indonesia sudah ber-SNI
Jumat, 12 Januari 2024 2:48 Wib
Kemenkes: Tidak benar nyamuk ber-Wolbachia membawa virus LGBT
Rabu, 20 Desember 2023 5:28 Wib
Jika 60 persen nyamuk ber-Wolbachia, metode Wolbachia sukses
Minggu, 10 Desember 2023 2:59 Wib
Nyamuk wolbachia lindungi 11,2 juta orang dari DBD
Rabu, 29 November 2023 6:24 Wib