Dinkes Kulon Progo memperkuat edukasi masyarakat cegah HIV/AIDS

id Kulon Progo,HIV/AIDS,edukasi cegah HIV/Aids

Dinkes Kulon Progo memperkuat edukasi masyarakat cegah HIV/AIDS

Peringatan Hari Kesehatan Nasional di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. (ANTARA/HO-Humas Pemkab Kulon Progo)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperkuat edukasi ke masyarakat terkait pencegahan HIV/AIDS dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kulon Progo Arif Mustofa, di Kulon Progo, Jumat, mengatakan pihaknya memiliki target eliminasi HIV/AIDS di 2030, yakni zero (nol) kematian, zero diskriminasi, dan zero kasus penularan baru.

Langkah ini gencar dilakukan lewat edukasi ke masyarakat, sekaligus upaya menghilangkan stigma negatif terhadap penyandang HIV. Kelompok dukungan sebaya (KDS) juga digandeng agar bisa mendekati populasi rentan terpapar HIV.

"Kami pun siap untuk obat-obatan yang dibutuhkan, layanan, hingga tenaganya," kata Arif.

Ia mengatakan selama Januari-November 2023 tercatat 40 kasus baru HIV/AIDS di Kulon Progo, 60 persen merupakan pria. Jumlah ini meningkat seiring dengan gencarnya pemeriksaan yang dilakukan Dinkes Kulon Progo.

Menurut Arif, kelompok rentan yang cenderung meningkat kasusnya adalah dari lelaki seks lelaki (LSL). Cukup banyak warga Kulon Progo yang terpapar, meski sebagian di antaranya merupakan warga luar daerah.

"Secara akumulatif, sejak 2013 ada 354 kasus HIV yang ditemukan di Kulon Progo," katanya.

Untuk itu, ia mewanti-wanti masyarakat untuk menghindari aktivitas berisiko penularan HIV. Sebab Penularannya bisa lewat darah, cairan sperma atau vagina, atau antara ibu ke anak saat di kandungan.

Penularan lewat darah salah satunya lewat jarum suntik yang tidak steril atau sudah terpapar virus HIV, sedangkan penularan lewat cairan sperma atau vagina terjadi lewat hubungan intim.

Hubungan intim yang berganti-ganti pasangan amat berisiko tinggi tertular dari orang yang sudah terpapar HIV. Apalagi penyandang HIV tidak langsung terlihat secara kasatmata.

Arif menjelaskan ada 4 stadium HIV. Pada stadium 1 dan 2 gejalanya tidak terlihat meski sudah berisiko menularkan. Namun di stadium 3 dan 4, gejalanya bisa menjadi lebih parah.

"Pemeriksaan dini penting agar penanganan bisa lebih cepat dilakukan. Mereka yang positif HIV akan langsung menjalani terapi dengan obat antiretroviral (ARV), yang harus dikonsumsi tiap hari seumur hidup," katanya.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti menilai peningkatan kasus HIV justru menandakan upaya pemeriksaan yang kian gencar, sebab dengan cara ini upaya penanganan pun bisa lebih cepat.

Menurutnya, gaya hidup yang tidak sehat juga menjadi salah satu faktor penyebab seseorang bisa terpapar HIV.

"Untuk itu, gaya hidup perlu jadi perhatian, ditambah pola hidup sehat dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan," katanya.